I Dewa Putu Sutjana. (BP/Istimewa)

Oleh I Dewa Putu Sutjana

Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 di dunia, termasuk Indonesia dan belum ada tanda-tanda terjadinya perbaikan. Di beberapa negara malah terjadi gelombang pandemi kedua dengan ditemukannya varian baru seperti B.1.1.7 dari Inggris, B.1.351 dari Afrika Selatan, B.1.1.281 atau P1 dari Brazil dan Jepang serta varian B.1.617 dari India yang lebih menular.

Terjadinya pergerakan orang dari satu daerah ke daerah lain apalagi sampai melewati batas-batas negara memungkinkan penyebaran Covid-19 lebih cepat. Dalam upaya memutus penularan serta variannya, pemerintah pusat maupun daerah telah melakukan berbagai program seperti pelaksanaan pembatasan bersekala besar, pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) bersekala mikro di seluruh provinsi, penerapan protokol kesehatan dengan 3M atau 5M, serta program vaksinasi kepada masyarakat.

Dengan upaya tersebut telah terbukti kasus Covid-19 di Indonesia maupun di Provinsi Bali tampak sudah menunjukan tren menurun. Beberapa kabupaten yang sebelumnya merupakan zona merah, sudah ditetapkan menjadi zona kuning. Kejadian kasus baru sudah menurun, kesembuhan dari kasus positif sudah meningkat serta kematian akibat covid pun sudah menurun.

Baca juga:  Dilema Joged Bumbung

Program vaksinasi di ali baik di kota maupun kabupaten telah dimulai pada tenaga kesehatan, pendidik, para lansia, komponen pariwisata telah mencapai cakupan makin banyak. Dinas Kesehatan Provinsi Bali terus berupaya meningkatkan cakupan vaksinasi di masyarakat dengan sudah didistribusikan vaksin Corona sebanyak 2,2 juta dosis di Bali. Dengan demikian akan makin banyak masyarakat memperoleh vaksinasi covid, dalam upaya meningkatkan daya tahan terhadap virus Corona.

Dengan ditetapkannya rencana pembelajaran tatap muka (PTM) oleh Mendikbudristek pada Juli mendatang berarti memberi kesempatan berkerumunnya anak-anak sehingga peningkatan daya tahan melalui vaksinasi menjadi sangat penting. Namun dengan timbulnya varian baru dan terjadi peningkatan kasus covid serta terjadi ledakan kasus dengan banyak meninggal di Kudus dan sekitarnya.

Kejadian lonjakan kasus Covid-19 di Kudus setelah nakes di RS merawat pasien orang asing dari Vietnam, sampai beberapa pegawai meninggal, serta terjadinya badai Covid-19 di RS Muhammadyah di Madura sehingga dilakukan lockdown di rumah sakit tersebut serta penutupan jembatan Suramadu, menimbulkan kekhawatiran terjadinya badai Covid-19 kembali.

Baca juga:  Memaknai Semarak Merdeka Belajar

Nah ini kiranya sangat penting untuk Bali karena pemerintah merencanakan re-open pariwisata. Tentunya yang diharapkan adalah wisatawan mancanegara. Wisatawan mancanegara yang akan datang jelas sangat sulit mendeteksi yang mana positif Covid-19 walau dilakukan test swab, tes antigen, maupun GeNose. Apalagi yang melakukan test manusia dengan segala keterbatasannya.

Hal ini sangat penting diperhatikan dalam upaya menghindari terjadinya badai Covid-19 sampai ke Bali. Efektivitas vaksin belum mampu mencapai 100%, walau sudah dua kali divaksin belum terjamin terhadap tahan virus Covid-19, apalagi varian baru tersebut. Karena itu kewaspadaan perlu dijaga dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.

Dari informasi beberapa tenaga kesehatan maupun peneliti sejumlah keluhan dirasakan jika sudah tertular Covid-19 yakni badan panas (37,5 derajat celcius), lelah, batuk kering, nafsu makan hilang, pegel linu, nafas pendek (sesak), dahak kental, sakit menelan, sakit kepala, kedinginan, diserta suhu tubuh dingin, hilangnya daya penciuman, hidung buntu atau banyak ingus, mual atau muntah, diare dan lainnya.

Baca juga:  Perempuan di Tahun Politik

Pada keadaan darurat ada keluhan berikut, pernafasan terganggu, sakit di dada atau merasa tertekan di dada, warna kebiruan di sekitar bibir dan muka , tiba-tiba pusing, happy hypoxia bisa ambruk di jalan, segera konsultasi ke dokter atau rumah sakit. Tentu yang lebih penting guna memutus penularan Covid-19, disamping melakukan upaya di atas adalah selalu menjaga kesehatan pribadi maupun keluarga.

Kalau perlu ditambah minuman suplemen. Dalam hubungan asupan gizi perlu diingat N.B.I (nikmati saja yang disukai, tetapi batasi jangan sampai berlebihan, kemudian imbangi dengan olahraga). Hindari bergadang karena bergadang akan menurunkan daya tahan tubuh.

Selalu melakukan olahraga atau pergerakan sesuai dengan kemampuan dan batasan tubuh masing-masing. Kemudian berjemur pada sinar matahari guna meningkatkan vitamin D dalam tubuh. Sebab vitamin D diyakini akan mampu mengurangi risiko akibat virus Covid-19. Dengan melaksanakan upaya tersebut dengan baik, astungkara penularan Covid-19 serta variannya bisa diputus, Bali bisa cepat bangkit.

Penulis Prodi K3 Universitas Bali Internasional Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *