Suasana di Pantai Kuta, yang merupakan salah satu ikon pariwisata Bali mengalami penurunan jumlah kunjungan di tengah pandemi COVID-19. (BP/eka)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 menyebabka pariwsata Indonesia sangat terpuruk. Keterpurukan ini sebagian besar disebabkan tidak adanya wisatawan mancanegara seiring penutupan perbatasan internasional selama setahun lebih.

Untuk pemulihan pariwisata ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno menyebutkan wisatawan nusantara merupakan kunci pemulihan ekonomi pariwisata di Indonesia. Menurut Sandi saat ini pihaknya tengah menyiapkan 5 destinasi wisata super prioritas atau dikenal sebagai program Bali Baru.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, 5 Bali Baru ini nantinya ditargetkan untuk menggaet pasar domestik untuk berwisata di destinasi wisata Indonesia. “Ada Rp 150 triliun dana yang teralokasi oleh wisatawan nusantara untuk berwisata ke luar negeri. Kami ingin dengan hadirnya 5 destinasi super prioritas yang baru, dengan kawasan strategis pariwisata nasional ini kita bisa bisa mengambil peluang atau realokasi dari sebagian dana masyarakat yang habis untuk berwisata di luar negeri,” ujar Sandi dalam webinar bertajuk “Reimagining the Future of Indonesia”, Senin (22/3).

Baca juga:  Kembali, Australia Laporkan Rekor Baru Tambahan Kasus COVID-19 Harian

Seperti yang diketahui, Pemerintah Indonesia sejak akhir 2019 merencanakan pengembangan 5 destinasi wisata yang disebut dengan program 5 Bali Baru. Ada pun 5 tempat destinasi wisata yang dicanangkan untuk dikembangkan menjadi super prioritas oleh Kemenparekraf adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika-Lombok (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara).

Sandi menyebutkan target penyelesaian 5 destinasi wisata itu pada akhir 2021. Sebelumnya sempat mundur dari rencana awal yang ditargetkan selesai pada akhir 2020.

Baca juga:  Kreatif, GenPI Jateng Gemparkan #GenPiSukaKuliner di Dunia Maya

“Kita upayakan wisatawan domestik bisa jadi andalan dan tulang punggung kita. Kita ambil peran yang ditinggal. Istilahnya replacement value,” ujar Sandi.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu pun mengatakan potret pariwisata Indonesia ke depannya akan berubah mengikuti adaptasi kebiasaan baru. Ia mengatakan para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia kini tengah menggodok pariwisata yang personalized, customized, localize, dan smaller size.

“Personalized artinya wisatanya bersifat pribadi, yang hanya untuk keluarga saja. Tidak perlu ikut tur,” kata Sandi.

Selanjutnya untuk customized, para pelaku usaha pariwisata menyiapkan wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, seperti alam hijau terbuka, atau pantai, atau bahkan menyiapkan pengalaman budaya lokal lewat desa wisata.

Baca juga:  IHGMA Bali Gelar Buka Puasa Bersama di Rumah Luwih Gianyar

Localized artinya wisata yang disiapkan untuk masyarakat domestik bisa dihadirkan tanpa jarak yang jauh atau dekat dari rumah. Localized yang dicontohkan Sandi misalnya wisata bisa ditempuh hanya berkendara dengan mobil sejauh 250 kilometer.

Serta yang terakhir adalah Smaller Size, artinya tempat wisata tidak menampung terlalu banyak orang. Sehingga dapat menjadi lebih longgar dan luas untuk dieksplorasi.

“Para pelaku wisata lokal mereka ini fokus menyediakan wisata untuk wisatawan yang berbasis kesehatan dan keselamatan. Saya yakin wisatawan nusatara akan kembali jumlahnya dan dengan ditingkatkannya sertifikasi CHSE. Bulan-bulan ke depan akan kami gaspol sehingga 34 juta pelaku ekonomi kreatif bukan hanya bisa bertahan tapi mampu menangkap peluang jadi pemenang,” tutup Sandi. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *