Dr. I Putu Gede Diatmika, S.E., M.Si.Ak., CA., CPA. (BP/Istimewa)

Oleh Dr. I Putu Gede Diatmika, S.E.,M.Si. Ak.,CA.,CPA

Perkembangan kian hari dari dampak pandemi Covid-19 makin menampakan bukti nyata bahwa sejatinya ekonomi tidak bisa hanya di jalankan dengan kebijakan yang menguntungkan sepihak bahkan adanya politisasi politik ekonomi menjadikan semakin parah keadaan yang sudah hampir berada di ujung tanduk. Apapun kebijakan ekonomi yang diambil justru malah menjadi bahan ujian yang belum bisa menampakkan hasil nyata yakni untuk mendorong ekonomi tumbuh sebagai sedia kala.

Hanya sektor tertentu yang bisa masih bertahan namun sektor yang bisa melipatgandakan pertumbuhan ekonomi benar-benar mengalami ketidakpastian sampai saat ini. Sektor perbankan konvensional sangat merasakan dampak dari terganggunya perputaran ekonomi ini. Banyak sektor keuangan tradisional yang tidak terdeteksi sebenarnya sangat parah mengalami penurunan aktivitas dan nyaris berhenti melaksanakan kegiatan ekonomi nya.

Ketidakpastian yang dirasakan semua pihak mempersulit untuk memulai untuk memutus dengan langkah pasti agar aktivitas ekonomi bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Ada hal yang unik yang masih menjadi ganjalan untuk melakukan stimulus ekonomi agar situasi segera berubah seperti sedia kala. Stimulus tersebut berupa bagaimana langkah untuk mengembalikan kembali sektor konsumsi yang menyumbang 60 persen dari pertumbuhan ekonomi ini bisa bangkit dan membawa dampak perubahan pada sektor yang lainnya.

Baca juga:  Hari Ibu, Sebuah Refleksi bagi Perempuan

Kejatuhan sektor konsumsi yang cukup dalam ini bisa menimbulkan ketidakpastian dalam semua bidang aktivitas ekonomi. Pada awalnya ekonom menyangsikan dorongan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi merupakan fundamental yang tidak kuat, namun nyatanya sektor konsumsi merupakan fundamental dasar bagi pertumbuhan ekonomi di setiap Negara. Belajar dari data penurunan sektor konsumsi yang sangat dalam dirasakan oleh seluruh masyarakat pada masa pandemic ini membuat kita tidak boleh acuh tak acuh dengan sektor informal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sector konsumsi.

Keraguan dan ketidakpastian pada pertumbuhan investasi juga membawa dampak susahnya memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Investor tidak berani mengambil keputusan karena adanya ketidakpastian dari segi informasi yang masih simpang siur dari pemerintah.

Masih adanya berita korupsi, kekerasan dan kudeta partai politik menjadi agenda utama yang harus di tuntaskan pemerintah agar situasi kondusif segera pulih agar beban pemerintah tidak ganda dan fokus pada penyelesaian menghentikan penyebaran COVID-19 ini. Ketidakpastian ini adalah tanggung jawab semua pihak untuk bisa menahan diri agar tidak memperkeruh suasana yang sudah ada tanda-tanda kurang harmonis di kalangan masyarakat kebanyakan dengan pemicu kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi.

Baca juga:  Membangun Keberpihakan pada Anak

Investor hanya bisa masuk dan melakukan aktivitas ekonomi dalam keadaan suasana nyaman dari sektor pemerintahan, dan keadaan masyarakat yang welcome untuk menerima mereka. Tsunami regulasi agar segera dihentikan untuk menciptakan produkvitas dan efisiensi berusaha di daerah untuk segera bisa keluar dari lingkaran kemiskinan yang sudah mulai Nampak di beberapa daerah.

Pergeseran pekerja sementara akibat dari berhentinya aktivitas ekonomi dari dampak pandemic covid-19 dari sector pariwisata tidak bisa dipungkiri adalah sebagai upaya bertahan untuk hanya sekedar bisa memenuhi kebutuhan dasar. Jangan tertipu dengan adanya angka pergeseran tenaga kerja dari sector jasa ke pertanian adalah hal yang berulang terjadi jika perekonomian mengalami krisis.

Sudah menjadi sebuah kondrati sektor pertanian menjadi penampung tenaga kerja berupa pengangguran tidak kentara akan tetapi yang harus di ingat adalah sektor pertanian bisa mengalami hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Jangan mengambil kesimpulan bahwa pergeseran tenaga kerja merupakan solusi jitu pada saat pandemic ini, akan tetapi bisa menciptakan permasalahan tersembunyi di masyarakat jika sektor jasa yang selama ini berhenti tidak segera di pulihkan dengan kebijakan ekonomi yang eklusive dan berani menerima kritikan dan hujatan dari lawan politik yang tidak sepaham.

Baca juga:  Ini, Lima Prioritas Pembangunan Bali di 2021

Tindakan nyata harus segera diambil pada tataran penanganan yang senyatanya. Seluruh Negara mengalami kontraksi dan krisis ekonomi pada masa pandemic yang melanda dunia ini. Namun hal terpenting adalah bagaimana cara menangani tumpukan barang-barang kargo yang masih parkir di setiap pelabuhan suatu negara yang akan menyerbu apabila situasi sudah normal.

Akan bisa terjadi ketidaksiapan akan kebanjiran barang-barang import di negeri ini jika tidak mengambil tindakan tegas agar mau tidak mau mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dari produksi dalam negeri terlebih dahulu. Ketegasan pengaturan ini penting di tengah penerimaan pajak yang semakin menyususut dan tekanan devisisa yang semakin terkuras akibat negera mengalami defisit.

Penanganan untuk kembali ke aktivitas ekonomi normal berbungkus tatanan normal semestinya menjadi entry point dari kebijakan pemerintah yang semestinya di kawal bersama oleh para wakil rakyat yang duduk di kursi legislative dengan melakukan system pengawasan yang bersifat ikut membangun dan mengembalikan situasi tetap kondusif.

Penulis, Dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *