Ika Desi Budiarti. (BP/Istimewa)

Oleh Ika Desi Budiarti, S.Pd., M.Pd.

Pandemi memang mengubah situasi di segala lini, termasuk di bidang pendidikan. Jika ada yang merasa guru adalah pekerjaan yang santai di kala pandemi, percayalah itu hanya segelintir oknum. Jika sebelumnya kontrol terhadap siswa bisa mudah dilakukan selama siswa berada di area dan jam sekolah, maka sekarang 24 jam terasa kurang dalam pemenuhan layanan kepada siswa.

Dibutuhkan guru yang tahan mental dan inovatif untuk benar-benar bisa melayani anak sesuai kodratnya di masa sekarang ini. Inovatif secara harfiah dimaknai dengan memperkenalkan sesuatu atau kreasi yang baru.

Namun dalam konteks guru inovatif tidak sekadar bersedia belajar lebih, berbuat lebih, dan kreatif, namun juga moderat dan inspiratif, sehingga bisa menyesuaikan dengan karakteristik siswa saat ini dan mampu memberikan kebermaknaan pengalaman belajar bagi siswa. Tidak harus saat pandemi memang, karena guru yang demikianlah yang sejatinya mampu menemani siswa dalam belajarnya setiap saat.

Guru tidak hanya berkutat dalam lingkaran peningkatan kemampuan kompetensi kognitif dan keterampilan siswa semata. Ada unsur pedagogis yang disebut mendidik di dalamya, sehingga guru tidak hanya disebut pengajar tetapi juga pendidik. Konsep dan pemahaman bahwa guru adalah  teladan dan bahwa guru hendaknya berpihak kepada siswa menjadi penting dalam hal ini.

Baca juga:  Revolusi Pertanian 4.0

Teladan tidak dalam artian segala hal guru haruslah di depan memberi contoh, namun juga bisa mendampingi di samping, dan bersedia mengayomi dari belakang. Dan keberpihakan tidak sekadar diartikan membela siswa secara membabi buta, tetapi mampu menemani dan mengimbangi kebutuhan siswa sesuai zamannya, sesuai kodratnya, sesuai sifat unik mereka.

Menjadi guru inovatif berarti paham untuk tidak bersedia menyamaratakan bahwa semua siswa harus memenuhi kualifikasi standar yang sama. Ibarat kita tidak bisa memaksa ikan akan untuk pintar terbang atau gajah fasih berenang. Karena setiap anak memiliki karakter mereka tersendiri. Maka guru haruslah mampu mengenali kelebihan masing-masing siswanya bukan berfokus kepada kekurangannya. Dan gunakan keunggulan siswa tersebut untuk membangkitkan kolaborasi antarbidang yang dapat menunjang lebih kebermanfaatan keunggulan tersebut.

Guru inovatif akan memberikan ruang gerak bebas bertanggung jawab kepada siswa untuk mengeksplorasi diri terhadap keunggulannya. Yang akan membuat siswa menjadi pemain utama di setiap kegiatan pembelajarannya, bukan malah menjadikan siswa hanya menjadi penonton yang pasif. Frasa bahwa pembelajaran adalah proses transfer ilmu dari guru ke siswa sudah tidak zamannya lagi. Siswa di tangan guru inovatif akan difasilitasi untuk terlibat aktif dalam menunjukkan kelebihannya, yang tentunya akan dapat menciptakan ekosistem belajar yang positif, kolaboratif, dan tanpa kompetisi negatif, untuk bertumbuhnya siswa secara bersama berdasarkan kelebihannya masing-masing.

Baca juga:  Penguatan Literasi Digital bagi Guru dan Siswa

Guru inovatif berarti mampu menjadi inspirasi bagi siswa atau lingkungan. Entah melalui tutur bahasa, pembawaan, etika, karya, cara mengajar, semangat, atau yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara guru berinteraksi dalam memberikan respons kepada siswa. Sejatinya guru adalah sosok inspiratif bagi siswanya, sebab guru adalah role model yang selalu dilihat siswa. Guru yang inspiratif akan selalu dikenang oleh siswa. Guru inspiratif akan selalu memberikan label positif kepada siswa dan juga mampu menggunakan bahasa positif dalam menghadapi permasalahan siswa. Label positif ini akan membuat siswa tumbuh menjadi pribadi yang saling menghormati, penuh rasa percaya diri, dan empati.

Dan terakhir, menjadi guru moderat terhadap segala hal, pun menjadi syarat seorang guru inovatif di masa sekarang ini. Berpikiran terbuka, luas, dan penuh toleransi terhadap perbedaan, sehingga tidak akan muncul indoktrinasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan bersedia belajar dari siapa saja, dan bahkan tidak bisa dimungkiri guru berhak belajar dari siswa. Karena di era sekarang ini guru dan siswa berada pada posisi yang sama yaitu sebagai co-creator of knowledge, di mana semua adalah guru, semua adalah siswa, di mana pun sekolah, kapan pun adalah waktu belajar. Seorang guru inovatif akan selalu bersedia mengosongkan gelasnya untuk selalu mengisi diri. Dan lebih dari itu, pasti akan selalu bersedia menuangkan gelasnya dalam artian selalu bersedia berbagi ilmu, pemahaman, dan pandangan kepada siswa dan rekan guru lainnya.

Baca juga:  "Physical Activity" Versus Stunting

Menjadi guru inovatif tidak sekadar berbicara seberapa canggih alat yang digunakan atau seberapa hebat teknologi yang digunakan. Menjadi guru inovatif adalah keterpaduan antara kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran dengan pemahaman akan kebutuhan belajar siswa berdasarkan keunikannya, serta inspirasi yang dapat dibagikan terutama kepada siswa.

Penulis, Guru Matematika SMAN 2 Abiansemal

BAGIKAN

2 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *