Salah satu titik pengerjaan saluran irigasi yang terkesan asal-asalan. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pengerjaan saluran irigasi pada Tempek Truna, Subak Dlod Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, dikeluhkan para petani setempat. Sebab, proyek dari Kementrian PUPR, melalui BWS Bali-Penida ini, terkesan dikerjakan secara asal-asalan. Pengerjaan di lapangan tidak sesuai harapan petani, karena justru mempersempit saluran irigasinya.

Sesuai pantauan di lokasi, awalnya saluran irigasi ini jebol pada sejumlah titik. Ada juga yang retak-retak hingga miring, sehingga saluran airnya bocor. Namun, para pekerjanya bukan melakukan perbaikan total dengan memperbaiki titik kerusakan, untuk mempertahankan lebar saluran irigasi. Melainkan, langsung menempel bagian yang rusak dari dalam saluran irigasi dengan susunan batako. Akibatnya, hasil pengerjaannya sangat buruk. Lebar saluran irigasi juga menjadi kian sempat ke hilir.

Baca juga:  Di Karangasem, Malam Pergantian Tahun Digelar Sederhana Tanpa Pesta Kembang Api

“Seharusnya lebar saluran irigasi dipertahankan, dengan memperbaiki yang rusak. Bukan malah ditempel begitu saja dengan batako. Sehingga saluran irigasinya kelihatan lebih bagus. Tukang yang mengerjakan sudah dipecat, karena hasil kerjaannya buruk. Tidak cocok dengan gambar,” kata salah satu petani setempat, saat ditemui di lokasi, seraya menyampaikan pekerja yang dulu berasal dari Jawa.

Semestinya pekerjaan yang sifatnya swakelola seharusnya hasilnya akan lebih bagus dari pekerjaan yang ditenderkan. Karena dari sisi anggaran tidak ada yang berkurang 30 persen sampai dengan 40 persen, akibat penurunan harga kalau pekerjaan itu ditenderkan. Proyek ini sedikit aneh, karena sistem swakelola, seharusnya dikerjakan oleh pekerja dari wilayah setempat. Tetapi, malah dikerjakan para pekerja dari Jawa. Ini membuat anggaran yang terserap tidak sesuai dengan hasil di lapangan. Situasi ini pun disesalkan para petani setempat.

Baca juga:  Pandemi COVID-19 Tak Surutkan Semangat Seniman Berkarya

Klian Subak Dlod Banjarangkan, Nyoman Subawa, saat dihubungi, Kamis (27/8) mengakui para petani setempat mengeluhkan hasil pekerjaan saluran irigasi tersebut. Dia juga membenarkan, kalau pekerjanya yang dari Jawa, sudah diberhentikan, karena hasil pekerjaannya buruk. Para pekerja dari Jawa ini baru menyelesaikan perbaikan yang buruk sepanjang 180 meter dari total target pengerjaan 400 meter. Proyek perbaikan saluran irigasi ini dianggarkan dari BWS Bali-Penida sebesar Rp 190 juta tahun 2020 setelah dipotong pajak.

Setelah pekerja dari Jawa dipecat, dia mengaku sudah ada pekerja yang baru dari Pesaban, yang siap melanjutkan sisa pekerjaannya. Dia juga mengakui kalau proyek ini sesungguhnya harus dikerjakan secara swakelola, artinya harus melibatkan warga setempat. Tetapi, pihaknya terpaksa harus mencari pekerja dari luar, karena dari warga sekitar tidak ada yang mau mengerjakannya. “Saya sudah sampaikan kepada warga, siapa yang mau kerja disana, tetapi warga disini sudah punya pekerjaan lain,” kilah Subawa, seraya menyampaikan total pekerjanya yang baru, melibatkan 11 orang.

Baca juga:  Gubernur Koster Raih Penghargaan Pelestarian Bahasa Daerah

Subak Dlod Banjarangkan ini, masuk pada wilayah tiga desa, yakni Desa Banjarangkan, Tusan dan Negari. Sesuai perencanaan, pihaknya menargetkan akhir September, pengerjaan saluran irigasi ini sudah selesai. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *