Pementasan tarian Bali dalam sebuah festival budaya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Salah satu hal penting yang harus dilakukan dalam penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 adalah menghindari kerumunan dan tetap menjaga jarak (physical/social disntancing). Sementara itu, salah satu elemen penting dalam pertunjukan sebuah seni budaya adalah melibatkan sejumlah seniman dan mengundang banyak audiens.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum., mengakui bahwa di masa sulit dan serba terbatas, para pelaku seni memang banyak kehilangan job untuk menampilkan hasil karya seni mereka. Namun, hal tersebut tidak menghentikan daya cipta kreasi mereka untuk berkarya.

Bahkan, di tengah pandemi Covid-19 ini banyak muncul ide-ide karya kreatif mereka. Seperti halnya dalam seni gamelan gong kebyar dan seni tari.

Biasanya, gamelan gong kebyar dimainkan banyak orang (karena instrumen musiknya banyak). Namun, karena adanya himbauan pemerintah untuk menghindari kerumanan dan physical distancing, muncul ide kreatif mencampurkan beberapa instrumen musik menjadi satu.

Baca juga:  Banyak Jalur "Tikus," Target Retribusi dari Kintamani Dikhawatirkan Tak Tercapai

Sehingga, bisa dimainkan sedikit orang. Begitu juga seni tari. Biasanya 1 grup tarian diperankan 5-10 orang, namun saat ini dibatasi hanya 3-5 orang. Begitu juga tata cara geraknya dibatasi yang lebih mengutamakan physical dan social distanding.

Munculnya ide kreatif baru dalam karya seniman, dikatakan karena seniman memang memiliki karakter yang kreatif. Mereka tidak hanya bisa eksis di tengah keceriaan, kondisi aman, dan serba ada, namun dalam situasi sulit apapun bisa tetap berkreasi yang kreatif. “Bahkan beberapa video rancangan karya tugas akhir mahasiswa yang saya lihat bagus-bagus. Meskipun mereka latihan lewat daring, namun kreativitas karya mereka lebih kreatif,” ujar Prof. Sugiartha, Senin (8/6).

Baca juga:  Menko Marves dan Gubernur Koster Doa Bersama dengan 150 Ribu Masyarakat Bali

Di tengah pandemi COVID-19, pihaknya juga telah merubah format ujian akhir mahasiswa berbasis online. Dalam ujian online ini, dikatakan akan memunculkan kreativitas baru.
Mereka akan menciptakan latar belakang video yang bervariasi. “Saya optimis, di balik keterbatasan ini justru dari sudut seni memunculkan daya kreatif mahasiswa yang beragam, karena mereka mengupayakan berbagai upaya agar satu pihak mereka tetap berkarya, dan orang lain bisa menikmatinya lewat daring. Meskipun secara sosial tidak puas karena tidak ditonton secara langsung,” ujarnya.

Selain itu, dikatakan bahwa berkarya di tengah pandemi Covid-19 akan memunculkan genre baru. Sebab, dari awal proses penggarapannya karya direkam dalam video. Lain halnya pada saat kondisi normal. Proses perekaman hanya dilakukan pada saat karya tersebut selesai digarap dan pada saat dipentaskan.

Baca juga:  Empat Provinsi Tak Bisa Saksikan Puncak Gerhana Total

Hanya saja, dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, seni tradisi ritual, seperti tari rejang, tari baris, tari topeng tidak bisa dipentaskan. Karena upacara piodalan sudah tidak boleh dilakukan dengan melibatkan banyak orang.

Namun ini sifatnya hanya sementara, sembari menunggu kondisi normal kembali. Kendati demikian, pihaknya mengakui minat generasi muda masuk perguruan tinggi seni tidak menjadi masalah.

Bahkan, pendaftar calon mahasiswa baru ISI Denpasar Tahun Akademik 2020/2021 melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kecenderungan calon mahasiswa baru ISI Denpasar tidak hanya dari anak-anak SMA/SMK lulusan baru, namun juga lulusan SMA/SMK yang lulus beberapa tahun lalu. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *