Suasana sepi di Times Square, New York, yang biasanya merupakan pusat keramaian dari kota itu pada Kamis (16/4). (BP/AFP)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Jumlah total kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat terus merangkak naik. Sepertinya, puncak wabah COVID-19 itu belum terlewati.

Dari data yang dilaporkan Johns Hopkins University per Kamis (16/4) malam waktu setempat, jumlah total kematian COVID-19 di AS mencapai 32.917 orang. Bahkan rekor kematian harian dunia terkait wabah ini kembali dipecahkan oleh AS.

Tercatat dalam 24 jam sejak laporan itu dirilis, dikutip dari AFP, jumlah kematian di AS
mencapai 4.491 jiwa. Jumlah kasus kematian harian tertinggi sejauh ini yang dilaporkan AS.

Namun, diperkirakan membengkaknya jumlah kasus kematian harian di AS ini dikarenakan
dihitungnya jumlah kematian yang diduga akibat COVID-19, dimana sebelumnya jumlah kasus itu tidak termasuk dalam laporan itu.

Baca juga:  Ke Pengungsian Gunung Agung, Wapres JK Minta Warga Bersabar

Pada minggu ini, New York mengumumkan bahwa terdapat 3.778 kasus kematian diduga karena corona yang ditambahkan dalam jumlah kasus kematian di negara bagian itu.

Jumlah kematian di AS akibat COVID-19 ini masih bertengger di posisi pertama dunia. Diikuti
Italia dengan jumlah kematian sebanyak 22.170 kasus, meskipun populasinya seperlima dari AS.

Di peringkat ketiga adalah Spanyol dengan jumlah kematian mencapai 19.130 kasus, diikuti
Prancis di peringkat 4 dengan 17.920 kematian.

Sebanyak 667.800 kasus terkonfirmasi positif sudah dilaporkan di AS. New York merupakan
episentrum COVID-19 di AS dengan jumlah kematian mencapai 12.000 orang.

Baca juga:  Patung Bung Karno Seberat 1,5 Ton Mulai Dipasang di RTH

Meskipun jumlah kematian yang terus mengalami peningkatan, Presiden AS, Donald Trump pada Kamis tetap pada rencananya semula, membuka kembali perekonomian AS yang sudah hampir sebulan ditutup. Donald Trump memaparkan rencananya yang akan memberikan kebebasan dari gubernur negara bagian untuk memutuskan fase mulai dibukanya perekonomian di wilayah mereka.

“Menurut data terakhir yang kami miliki, para ahli di tim kami setuju bahwa kita bisa mulai
mengambil langkah selanjutnya dalam perang ini. Kami akan membuka negara kami,” kata Trump dalam sebuah konferensi pers.

Ia pun mengatakan bahwa AS akan membuka perlahan-lahan perekonomiannya. “Pendekatan kami akan dilakukan dalam tiga fase, untuk memulihkan perekonomian. Kami tidak akan membukanya secara keseluruhan dalam sekali jalan, namun dengan berhati-hati, dan sejumlah negara bagian kemungkinan akan bisa kembali buka lebih cepat dari yang lainnya,” sebut Trump.

Baca juga:  Spanyol akan Buka Kembali Pelabuhan untuk Kapal Pesiar Internasional

Pengumuman ini dilakukan beberapa jam setelah data baru terkait jumlah warga yang kehilangan pekerjaan diumumkan. Jumlah warga AS yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini mencapai 22 juta orang dalam sebulan terakhir.

Presiden Bank Federal New York, John Williams memperingatkan bahwa kemungkinan diperlukan waktu setahun hingga dua tahun untuk pemulihan ekonomi AS, seiring data-data yang menunjukkan kerusakan parah terhadap sektor properti dan industri. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *