Salah satu peternak di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, menunjukkan babi yang mati beberapa hari lalu. (BP/nik)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Pertanian (Kementan) dalam rilisnya yang diterima Bali Post, Jumat (28/2) meminta daerah sentra produksi babi agar terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita, mengatakan pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pengendalian dan penanggulangan ASF, mengingat berdampak besar bagi masyarakat peternak kecil yang penghidupannya tergantung dari beternak babi.

Baca juga:  China Sebut Gelombang Covid-19 Terbaru dari Negara Tetangga

Dari rilis itu, disebutkan bahwa hingga 24 Februari 2020, jumlah daerah tertular di Sumut mencapai 21 kabupaten/kota. Angka kematian sebanyak 47.330 ekor.

Begitu juga di Bali. Kasus kematian akibat suspek ASF di Bali mencapai 1.735 ekor yang tersebar di 7 kabupaten/kota.

“Bersama kementerian dan lembaga lintas sektor, Kementan menyiapkan rencana aksi pencegahan, penanggulangan wabah ASF dan pemulihan/recovery ekonomi peternak. Program ini didukung APBN, APBD, Swasta dan Sumber pendanaan lain sesuai peraturan perundangan,” jelasnya.

Baca juga:  Per 5 Februari Penerbangan Tiongkok Ditutup Sementara, Karena Alasan Ini Bali Kesulitan Ambil Kebijakan

Menurut Ketut, semua pihak harus saling membantu, mengingat penyebaran penyakit ini hanya bisa dikendalikan melalui biosekuriti yang ketat. Otoritas veteriner di masing-masing wilayah diminta memberi perhatian khusus.

“Tidak mudah memang mengendalikan lalu lintas manusia, hewan dan barang dari daerah tertular ke bebas. Kami himbau masyarakat bersama pemerintah pusat dan daerah mencegah ASF menyebar,” ujar Diarmita. (kmb/balipost)

BAGIKAN