Ilustrasi. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Sepanjang 2018, 20 Puskesmas yang ada di Tabanan memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Selama 12 bulan tersebut diketahui kasus penyakit terbanyak yang ditangani Puskesmas di Tabanan adalah hipertensi.

Karena beberapa tahun belakangan hipertensi selalu berada di peringkat 10 besar, menyebabkan penyakit ini merupakan satu penyakit yang harus diberikan standard pelayanan kesehatan di setiap pelayanan primer.

Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Tabanan, I Wayan Triana, Jumat (4/1) mengatakan berdasarkan data, dari 10 besar penyakit, hipertensi memang menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus 9.321 dengan rincian 3.769 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 5.561 berjenis kelamin perempuan.

Mulai meningkatnya kasus hipertensi di masyarakat membuat pemerintah memasukkan penyakit ini sebagai salah satu dari 12 layanan kesehatan yang masuk dalam standar pelayanan minimal. Selain hipertensi, kasus kesehatan yang mendapatkan SPM adalah pelayanan kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada usia lanjut, pelayanan kesehatan penderita DM, pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat, pelayanan kesehatan orang terduda Tuberkulosis, pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi virus HIV, pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan bayi baru lahir, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan balita dan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar.

Baca juga:  Hipertensi, Penyakit Mematikan Kelima di Indonesia

Dijelaskan Triana, standar pelayanan minimal ini artinya tidak hanya kegiatan difokuskan pada kegiatan kuratif atau pengobatan juga kegiatan promotif dan preventif. ‘”Misalnya pada hipertensi. Puskesmas memiliki program untuk turun langsung ke rumah-rumah melakukan cek tensi untuk menemukan kasus. Jika ada potensi ke hipertensi akan diberikan sosialisasi mengenai pencegahan dengan penerapan hidup sehat. Apabila ditemukan kasus hipertensi dan memerlukan pengobatan, maka penderita disarankan untuk rutin mengambil obat ke puskesmas,” jelas Triana.

Baca juga:  Melukis Ceria Anak Jatiluwih di Masa Pandemi, Tumbuhkan Kesadaran Mencintai Lingkungan

Selain tindakan aktif dari petugas kesehatan, Triana berharap masyarakat mulai sadar melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi, tidak hanya datang periksa saat sakit saja.

Adapun deteksi dini dasar yang disarankan adalah pemeriksaan tensi rutin dan pemeriksaan darah dasar seperti kolesterol, asam urat dan gula darah. Dengan deteksi dini ini, masyarakat akan tahu potensi-potensi penyakit yang mengancam sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh sakit.

Selain hipertensi, penyakit non infeksi yang masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak yang dilayani di Puskesmas sepanjang tahun 2018 adalah  Diabetes Mellitus (DM) type II) sebanyak 2477 kasus dengan rincian 967 berjenis kelamin pria dan 1510 berjenis kelamin perempuan. Sementara untuk penyakit infeksi terbanyak adalah jenis common cold atau infeksi saluran pernafasan (flu) sebanyak 3.590 kasus menyusul demam sebanyak 1.849 kasus.

Baca juga:  Diguyur Hujan Sejam, Kota Bangli Kembali Kebanjiran

Dari 10 penyakit terbanyak ini lanjut Triana untuk diare dan DBD (Demam Berdarah Denque) saat ini tidak masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Ada beberapa penyebab mengapa dua penyakit infeksi yang biasanya banyak terjadi di masyarakat saat ini mengalami penurunan.

Dijelaskan Triana, turunnya penyakit diare dan DBD bisa dikarenakan  meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk diare, selain sudah menerapkan PHBS, kebanyakan masyarakat langsung membeli obat ke apotek dan tidak berobat ke puskesmas.

Sementara untuk DBD, perubahan musim juga menjadi salah satu indikator turunnya kasus ini di masyarakat disamping mulai sadarnya masyarakat untuk melakukan PSN plus dan menerapkan PHBS. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *