Indonesian Heart Rhtyhm Society (inaHRS) bersama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular lndonesia (PERKI) dan Asia Pasific Heart Rhthym Society (APHRS) menggelar kampanye FA secara massal. (BP/son)

JAKARTA, BALIPOST.com – Peningkatan pertumbuhan penduduk serta perubahan gaya hidup di kalangan masyarakat Indonesia, juga akan meningkatkan angka penderita penyakit jantung. Spektrum gejala jantung cukup lebar dari mulai tanpa gejala sampai dengan terjadi suatu komplikasi yang berat.

Salah satu jenis penyakit jantung yang seringkali tidak disadari adalah gangguan irama Fibrilasi Atrial (FA) yang komplikasinya dapat berupa gagal jantung bahkan stroke dan kematian mendadak. Meraba Nadi Sendiri (Menari) yang telah diturunkan sejak Kampanye FA tahun lalu diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang fatal dengan menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat awam.

Guru Besar llmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI yang juga pakar aritmia Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP (K), FlHA, FasCC di Jakarta, Kamis (20/9) mengatakan, FA merupakan kelainan irama jantung berupa detak jantung yang tidak regular yang sering dijumpai pada banyak populasi di dunia dan juga di Indonesia. Namun sangat disayangkan pengetahuan dan kepedulian tentang FA sampai saat ini masih rendah.

Baca juga:  Kivlan Zen Divonis 4 Bulan Terkait Kepemilikan Senpi Ilegal

Padahal FA dapat menyebabkan bekuan darah di jantung yang bila lepas ke sirkulasi sistemik dapat menyebabkan stroke. Ia mengatakan, penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA.

Kelumpuhan merupakan bentuk kecacatan yang sering dijumpai pada kasus stroke dengan FA. Pada 37% pasien FA usia kurang dari 75 tahun, stroke iskemik merupakan gejala pertama yang didapati.

Di Indonesia, kata dia, sangat disayangkan banyak insiden kelumpuhan akibat FA terjadi pada usia produktif, yaitu di bawah usia 60 tahun. Pasien yang datang ke RS biasanya sudah dalam keadaan lumpuh dan setelah diperiksa ternyata disebabkan oleh FA. “Salah satunya kelumpuhan dalam berbicara atau sulit berbicara, sebanyak 40% kelumpuhan sulit berbicara diakibatkan karena FA,” ungkap Yuniadi.

Baca juga:  Bayi Kembar Siam dengan Jantung Menempel, Pemisahannya Tunggu Hasil Konsultasi Medis

Kelumpuhan yang diderita pasien FA memiliki ciri khusus, seperti memiliki tingkat keparahan yang tinggi, bersifat lama dan sering berulang (relapse). “Rata-rata, sekitar 50 persen pasien yang terkena stroke ini akan mengalami stroke kembali dalam jangka waktu 1 tahun,” jelasnya.

Mengenai terapi advanced yang dapat dilakukan bagi pasien FA saat ini, ia menerangkan, setidaknya terdapat tiga teknik yang dapat dilakukan yaitu teknik Ablasi kateter, melakukan pemasangan alat LAA Closure. serta pemakaian Obat Antikoagulan Oral Baru (OKB). Terapi ini berperan besar dalam menurunkan risiko serangan stroke karena FA yang berakibat kalumpuhan.

Baca juga:  Genap Sepekan, Bali Laporkan Tambahan Korban Jiwa COVID-19

Sementara itu, Indonesian Heart Rhtyhm Society (inaHRS) bersama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular lndonesia (PERKI) dan Asia Pasific Heart Rhthym Society (APHRS) menggelar kampanye FA secara massal dengan berbagai acara, antara lain lomba lari 5 km dan 2,5 km pada Minggu (23/9).

Acara bertajuk Run for Heart Beat dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan terbuka untuk umum itu akan diisi dengan talkshow yaitu edukasi mengenai penyakit jantung, khususnya gangguan irama FA dengan tema “Fibrilasi Atria, dan kematian Jantung mendadak pada olahragawan.” Kampanye ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jantung khususnya mewaspadai gangguan irama Fibnlasi atrial. (Nikson/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *