Dari kiri-kanan. Pipit, Faridah, dan Novi. (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Raden Ajeng Kartini adalah sosok sekaligus ikon emansipasi wanita Indonesia. Meskipun telah lama tiada, akan tetapi semangatnya terus ada dan menginspirasi wanita masa kini.

Salah satunya Pipit Apriyani. Wanita berumur 36 tahun ini merupakan single mother asal Bali yang pantang menyerah. Setelah berpisah dengan suaminya 4 tahun lalu, Pipit harus memutar otak demi menghidupi dirinya serta anak semata wayangnya yang berumur 8 tahun.

Jiwa Kartini yang dimilikinya membuat Pipit mencoba berbagai jenis pekerjaan. Mulai dari berjualan makanan dan minuman, jamu serta jajanan pasar hingga akhirnya dia memutuskan menjadi driver GO-JEK.

Profesi sebagai driver GO-JEK juga memungkinkan Pipit untuk tetap mengurus keluarganya dengan waktu kerja yang fleksibel. “Setelah gabung dengan GO-JEK kehidupan saya menjadi lebih bermakna dan penuh semangat. Saya bisa membiayai anak sekolah dan bisa membeli motor hasil dari ngeGO-JEK dan berjualan makanan,” kata Pipit.

Baca juga:  Punya Peran Krusial, Perempuan Harus Dapat Posisi di Ruang Publik

Meski sibuk mencari nafkah di jalan, bukan berarti perhatian terhadap anaknya berkurang. Ia memastikan anaknya tetap merasakan kasih sayang yang diberikan.

Kartini lain yang juga patut diacungi jempol adalah Novi Rosydah, ibu tunggal dengan empat orang anak. Sepeninggal suaminya karena penyakit kanker, Novi sangat kesulitan secara finansial.

Ia harus menghidupi empat orang anaknya serta mengontrak kamar kos untuk dia tinggali. Dengan sifat pantang menyerahnya, sedikit demi sedikit ia mengumpulkan uang dari hasil membuka warung kecil-kecilan. Pepatah sudah jatuh dan tertimpa tangga memang nyata, karena setelah beberapa bulan terlihat membaik, Novi mengalami kebakaran di kontrakannya dan tidak menyisakan apapun kecuali mesin jahit miliknya dan pakaian yang melekat di badan dan anaknya.

Baca juga:  Pendaftaran Panwaslucam Dibuka, Ada Kuota untuk Perempuan

Novi pun kemudian tak kehilangan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia akhirnya mendaftarkan diri menjadi mitra GO-MASSAGE, salah satu layanan GO-LIFE. “Awalnya saya berpikir negatif tetapi karena tuntutan ekonomi saya nekat mendaftarkan diri,” tuturnya.

Setelah mendapatkan pelatihan terapis dari tenaga ahli, kini Novi telah menjadi terapis yang handal dan mengandalkan pendapatan dari GO-MASSAGE untuk kehidupannya.

Farida, mantan guru honorer Bahasa Inggris di SMA Buleleng, punya kisah berbeda. Farida yang sempat menjadi Manager Operasional di Bali Eco Adventure ini memutuskan bergabung dengan GO-JEK. Alasan pertama bergabung dengan GO-JEK karena dia bisa memiliki waktu yang fleksibel waktu dan bertemu banyak orang.

Baca juga:  Hendak Mancing, Arjawa Temukan Mayat di Tepi Sungai Yeh Ino

Meskipun Farida juga pernah menjadi project manager di sebuah hotel di kawasan Seminyak, dia tak malu jika harus menjadi driver GO-JEK. “Saya tidak pernah merasa malu. Karena ngojek juga hasilnya halal kan. Tidak ada yang salah saya seorang mantan guru honorer menjadi driver GO-JEK,” katanya.

Terbukti hasil bekerja di GO-JEK mampu menghidupi kegiatan sehari-hari Farida. Dia juga senang dapat bertemu dan berinteraksi dengan lebih banyak orang serta menambah wawasan semenjak menjadi driver GO-JEK. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *