DENPASAR, BALIPOST.com – Sebanyak 177 puspa mengikuti upacara Mapurwa Daksina pada Selasa (16/1) sekitar pukul 09.00. Rangkaian upacara maligia punggel yang diselenggarakan Gria Telaga, Sanur itu dilanjutkan dengan Stiti Puja pada sore harinya.

Salah satu keluarga dari Gria Telaga, IB Sudiksa, SE., MM menjelaskan, mapurwa daksina ini merupakan prosesi kelanjutan dari palebon. Yaitu melaksanakan upacara mamukur. Dengan upacara mamukur ini, maka puspa yang ikut dalam prosesi tersebut telah meningkat menjadi pitara.

“Saat upacara palebon merupakan pemisahan antara badan jasmani dengan atman. Nah sekarang upacara ini untuk meningkatkan puspa lingga yaitu simbol dari siwa lebih mengkristal lagi. Ini sudah masuk pitara,” ujarnya.

Baca juga:  Polsek Serentak Melakukan Blue Light Patrol

Sore hari dilanjutkan dengan upacara stiti puja. Upacara ini adalah menghidupkan atau melaspas puspa lingga. Upacara yang dilaksanakan berupa saji tarpana. Setelah puspa lingga tersebut dihidupkan lalu diberikan makanan. Keesokan harinya, puspa dipralina, dibuang ke laut. Sehingga yang berasal dari material kembali ke material. Sedangkan yang berasal dari atman, kembali ke alam atman.

Sebelumnya juga dilaksanakan upacara matatah yang diikuti 87 orang. Tidak hanya diikuti dari lingkungan gria tapi juga diikuti sisia dan pangiring. Menurutnya, ketika orang akan beryadnya, moment karya yang dilaksanakan oleh grialah yang ditunggu-tunggu. Sehingga mendapat upakara sesuai dengan yang diiring dan dapat mengikuti sang meraga suci.

Baca juga:  Persingkat Waktu Layanan, Disdukcapil akan Keluarkan Aplikasi

Setelah upacara stiti puja dan pralina, pada Jumat (Sukra) 19 Januari, dilanjutkan upacara Nyegara Gunung. Upacara ini sebagai simbolis ucapan terima kasih kepada alam semesta atas semua yang diambil dari alam. “Karena semua peralatan ini dari alam semesta baik dari laut maupun dari gunung, simbol lingga dan yoni, purusa pradana,” imbuhnya.

Leluhur yang telah diupacarai mulai dari utpeti, stiti, pralina itu dilinggihkan atau ditempatkan pada tempat suci di rumah masing-masing. Letaknya di merajan kemulang (rong telu). “Pasa saat ini sudah menjadi dewa pitara, boleh malinggih di merajan kemulan,” tutupnya.(Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Khawatir Tsunami, Warga Kusamba Mengungsi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *