Pelinggih di Pura Pasimpenan Baturaya yang unik karena menjadi satu dengan stupa. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Anggarakasih Tambir, Selasa (26/12) hari ini, Pura Pasimpenan Baturaya di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, akan melaksanakan piodalan. Berbagai persiapan sudah dilakukan pengempon pura, seperti ngias palinggih dan persiapan lainnya.

Di tengah situasi erupsi Gunung Agung seperti ini, pengempon pura mengajak umat Hindu-Budha berdoa bersama di pura ini agar Bali dijauhkan dari segala macam dampak bencana alam. Pemangku Pura Baturaya, Jero Mangku Sudana, mengatakan pelaksanaan piodalan dipusatkan di pura setempat selama satu hari.

Umat Hindu-Budha yang ingin pedek tangkil, dipersilahkan langsung menuju Pura Baturaya sejak pukul 16.00 wita sampai malam. Setiap piodalan pura ini selalu penuh sesak pamedek. Setiap enam bulan pelaksanaan piodalan, pamedek yang datang semakin banyak.

Sebab, pura ini sudah sering menunjukkan kemahakuasaannya dengan mengabulkan permintaan pamedek yang tangkil. Mulai dari datang untuk berobat, memohon keturunan hingga malukat. “Piodalan kami laksanakan selama sehari saja. Hari ini juga banyak yang sudah tangkil, agar dapat melukat,” kata Jero Mangku Sudana, saat ditemui di halaman pura setempat, Senin (25/12).

Baca juga:  RSUD Klungkung Bangun IBS, Dianggarkan Rp 20 Miliar

Pura Pasimpenan Baturaya, Pura Siwa-Budha yang sempat lama terkubur dan akhirnya dibangun lagi sejak tahun 2005. Setiap tahun terus dilakukan pemugaran hingga menjadi semakin megah seperti sekarang.

Belakangan pura ini terus menjadi buah bibir, karena kerap didatangi masyarakat biasa hingga pejabat. Sebagian besar umat ke sana ingin melukat hingga memohon berkah.

Pura Pasimpenan Baturaya terlihat unik. Palinggih yang identik dengan umat Hindu jadi satu dengan stupa, simbol umat Budha, dalam satu areal pura ini. Selain stupa sebagai palinggih utama, juga ada banyak patung sang Budha, di dalam areal pura.

Baca juga:  Akhir Tahun, Pelancong ke Luar Negeri Meningkat

Salah satu peneliti Belanda, bernama Dr. R. Goris, dalam sebuah bukunya dengan nomor registrasi 806, sudah pernah menyebut adanya keberadaan pura ini, berlokasi di Desa Tumbu, Karangasem. Dalam sebuah Prasasti Tumbu Caka 1247, juga menyebut adanya pura ini. Pura Siwa-Budha ini berdiri sebelum Mpu Kuturan datang ke Bali. Lokasinya memang sedikit tersembunyi, sedikit ke dalam, persis di sebelah timur Pura Desa di Desa Tumbu.

Sejarah keberadaan Pura Pasimpenan Baturaya, di Desa Tumbu, Karangasem, hingga akhirnya terbangun kembali, memang tidak terlepas dari berbagai keanehan. Setelah berdiri kembali pun keanehan itu terus bermunculan. Salah satu yang paling menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir sampai sekarang, adalah adanya peristiwa beras yang bisa tumbuh (mentik), bak gabah yang tumbuh jadi bulih (bibit padi).

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Kembali Bertambah, Jumlahnya Dua Kali Lipat dari Sehari Sebelumnya

Berbagai kejadian aneh yang sempat terjadi di Pura Pasimpenan Baturaya semakin membuat keberadaan pura ini dikenal masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Umat Hindu dan Budha terus berdatangan melakukan persembahyangan di sana.

Belakangan, umat Hindu juga rajin kesana untuk kepentingan pengobatan, memohon keturunan hingga melukat pada hari-hari tertentu, seperti saat purnama maupun kajeng kliwon. Jro Mangku purna mengatakan, khusus untuk malukat, sudah disediakan tempat melukat, lengkap dengan tempat ganti baju dan fasilitas lainnya.

Informasi bahwa di pura ini ada tempat melukat dan menunjukkan mukjizatnya, terus berkembang dari mulut ke mulut umat Hindu. Sebab, banyak umat Hindu yang sudah merasakan dampak baik dari pelaksanaan melukat di Pura Baturaya. “Setiap purnama atau kajeng kliwon, dipastikan tempat melukat disini sangat penuh,” kata Jro Mangku Purna. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *