sarasehan
Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar Dr. AA Ngurah Gede Sadiartha,S.E.,M.M., (BP/dir)
PERAYAAN hari Nyepi menjadi salah satu momentum intropeksi diri untuk melakukan koreksi dan upaya-upaya penyelamatan alam. Tak hanya itu, perayaan Nyepi tahun caka 1939 juga diharapkan memiliki korelasi nyata dengan bangkitnya rasa nasionalisme, kesadaran mengawal keragaman dan perbedaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mencermati pentingnya menjaga toleransi di dalam wadah NKRI, Kelompok Media Bali Post (KMB) bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar akan menggelar sarasehan di Kampus Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Jumat (24/3), pukul 09.00 wita.

Dengan mengusung tema Menyama Braya Mencegah intoleransi, sarasehan ini diharapkan memberikan vibrasi kepada semua komponen yang berada di tanah Bali untuk lebih menghormati Nyepi sebagai perayaan keagaman umat Hindu. Dengan langkah ini pula, diharapkan pelecehan- pelecehan terhadap Nyepi bisa ditekan.

Baca juga:  Puluhan Hektar Tanah Warga di Dalam Tanggul Danau Buyan

Kerjasama pers dengan lembaga pendidikan tinggi berbasis budaya Hindu ini diharapkan memberikan semacam pemahaman tambahan dalam mengelola keragaman bagi semua elemen masyarakat Bali. Menyama Braya yang telah lama menjadi konsep hidup krama Bali, menurut ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar  Dr. AA Ngurah Gede Sadiartha,S.E.,M.M., Kamis (23/3) diharapkan memberikan vibrasi pada penguatan-penguatan rasa nasionalisme.

‘’Menyama braya merupakan salah satu kearifan lokal Bali dalam membangun harmonisasai hubungan kehidupan di Bali. Pemahaman ini bukan sekadar untuk sesama suku melainkan untuk antar suku yang ada di Bali,’’ tegasnya.

Baca juga:  Sempat Vakum karena Pandemi, Tanah Lot Festival Digelar

Konsep ini juga mengajarkan bahwa sesama umat, baik itu satu suku maupun antar suku wajib hukumnya membangun keharmonisan. Caranya umat yang hidup dan datang datang ke Bali wajib hukumnya memahami budaya Bali, memahami etika agama Hindu, sehingga dengan pemahaman ini semua pihak bisa menjadi bagian yang mendukung terbangunnya harmonisasi kehidupan di tanah Bali.

Suku lain baik yang datang untuk rekreasi, bekerja, bisnis dan bertugas di di tanah Bali mestinya turut memahami Nyepi sebagai perayaan umat Hindu dalam upaya menjaga keharmonisan. Dengan pemahaman ini diharapkan tak ada lagi pihak-pihak yang melecehkan Nyepi.

‘’Semua komponen harus bergerak menjaga keharmonisan sehingga etika hidup di tanah Bali bisa mencegah terjadinya intoleransi dalam keragaman,’’ tegasnya.

Baca juga:  Kerumunan Lahirkan Klaster Baru di Sejumlah Daerah

Dukungan penyelengaraan saresehan ini datang dari berbagai kalangan diantaranya Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali, Kadin Bali –Fusionex, Yuk Bali.com, BKS-LPD Bali , PT. Astra Honda Motor,Tbk, Coca Cola, Aqua dan Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar.

Pembicara akan mengupas berbagai strategi dalam konteks Menyama Braya dan penguatan ekonomi sebagai landasan menjaga toleransi yakni Ketua Umum Kadin Bali AA Ngurah Alit Wiraputra, Anggota DPRD Bali Nyoman Partha dan Guru Besar Unhi Prof. Dr. I Ketut Suda,M.Si., peserta saresehan dari kalangan mahasiswa dan pelajar di Kota Denpasar. (dira arsana/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *