Menko PMK, Pratikno. (BP/IAntara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Waktu menatap layar atau screen time anak dan remaja Indonesia, yakni 7,5 jam bahkan lebih. Durasi ini sangat tinggi dan memicu peningkatan masalah kesehatan mental di Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, Rabu (26/11).

Ia mengatakan anak bawah umur lima tahun (balita) juga terpapar. “Screen time kita sangat tinggi, lebih dari 7,5 jam. Bahkan anak-anak di bawah dua tahun pun menghadapi exposure screen time yang tinggi,” ujar Pratikno dikutip dari Kantor Berita Antara.

Kondisi ini, menurutnya, berdampak pada kesehatan mental, kemampuan bersosialisasi, dan perkembangan perilaku anak. Dia menyebutnya sebagai ancaman kesehatan sosial jangka panjang yang perlu ditangani segera.

Baca juga:  Medan Curam, Longsor di Bukit Abah Ditangani Manual

Dia menyebutkan bahwa temuan dari Cek Kesehatan Gratis (CKG) menunjukkan semakin banyak warga, termasuk anak dan remaja, memiliki indikasi gangguan mental.

Ia menyoroti perubahan perilaku akibat disrupsi teknologi, di mana anak-anak semakin banyak beraktivitas di dunia maya. Salah satu faktor pemicunya adalah tingginya paparan layar yang telah melampaui batas aman.

Dalam Dialog Multistakeholder Towards a Smart Governance, Pratikno menegaskan bahwa kesehatan adalah fondasi pembangunan SDM unggul. Oleh karena itu, dia pun mendorong intervensi komprehensif untuk mengurangi ketergantungan anak pada gawai, termasuk penyediaan fasilitas yang mendorong aktivitas sosial secara langsung.

Baca juga:  Masih Berjumlah Puluhan Ribu, Tambahan Kasus COVID-19 Harian Dilaporkan Nasional

“Penanganan upaya komprehensif harus dilakukan supaya ada fasilitas untuk mendukung screen time. Sehingga anak-anak kita bersosial, mengurangi permasalahan-permasalahan kesehatan mental,” jelasnya.

Presiden Prabowo Subianto, katanya, memberi perhatian besar pada sektor kesehatan, terutama melalui program pemeriksaan kesehatan gratis, pembangunan rumah sakit, dan beasiswa dokter spesialis.

Pratikno menekankan bahwa kesehatan mental merupakan isu nasional yang memerlukan kerja bersama lintas sektor. Ia meminta seluruh pemangku kepentingan berfokus memperbaiki ekosistem sosial anak sebagai langkah pencegahan.

“Ini kesehatan kita tangani secara komprehensif bahwa presiden sudah jelas memprioritaskan itu,” katanya.

Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani mengatakan di Jakarta, Jumat (21/11) bahwa terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional sebesar 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi yakni 1,5 persen.

Baca juga:  Skema FLPP Untuk 3 Juta Rumah Murah Mulai Diumumkan

Provinsi Jawa Barat tercatat memiliki prevalensi penduduk dengan angka masalah kesehatan jiwa paling tinggi, yakni 4,4 persen atau di atas rata-rata nasional yakni 2 persen.

Kemudian, katanya, masalah kesehatan jiwa pada usia di atas 15 tahun masuk ke dalam peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi.

Dia mengatakan, hanya sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa, baik depresi maupun kecemasan mencari pengobatan. (kmb/balipost)

BAGIKAN