
DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden RI Prabowo Subianto menganugerahkan bintang tanda jasa dan kehormatan kepada 141 tokoh nasional dalam rangka HUT ke-80 RI, Senin (25/8), di Istana Negara, Jakarta. Dua tokoh dari Bali mendapatkan kehormatan untuk menerima penghargaan bergengsi tersebut.
Dua tokoh itu, yakni alm. Ida Cokorda Pemecutan. Almarhum diberikan penghargaan Bintang Mahaputera Adipurna. Satu lagi, yakni I Nyoman Nuarta. Seniman patung yang berhasil membuat Patung GWK Bali ini menerima Bintang Budaya Parama Dharma atas kontribusinya di bidang seni dan budaya.
Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap kontribusi para tokoh dari berbagai bidang, seperti pemerintahan, militer, budaya, hingga pelayanan publik.
Pemberian penghargaan kepada para tokoh ini mendapat apresiasi dari Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon.
Dalam sambutannya, Menbud Fadli menegaskan bahwa penganugerahan ini merupakan bentuk pengakuan negara terhadap kontribusi besar para seniman, budayawan, arkeolog, dan tokoh kebudayaan dalam memajukan peradaban bangsa.
Tahun ini menjadi catatan tersendiri karena jumlah penerima penghargaan dari kalangan seniman dan budayawan mencapai 14 orang, jumlah terbesar sepanjang sejarah. Menurut Menbud Fadli, hal ini menunjukkan keseriusan negara dalam memberikan apresiasi nyata kepada para pelaku budaya yang telah memberikan sumbangsih luar biasa bagi Indonesia.
Menbud Fadli menegaskan bahwa penganugerahan ini bukan sekadar seremoni, melainkan cerminan dari amanat konstitusi. Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat 1, Negara berkewajiban memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia sekaligus menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai budayanya.
“Para penerima penghargaan hari ini telah memberi kontribusi nyata bagi bangsa, mulai dari seni, sastra, musik, film, hingga arkeologi. Meski masih banyak tokoh lain yang juga layak mendapat penghargaan, keterbatasan kuota membuat penganugerahan harus diberikan secara bertahap,” ujar Menteri Kebudayaan sebagai mana dikutip dari laman Kementrerian Kebudayaan RI.
Seniman di Balik Pembangunan Istana Garuda
Nyoman Nuarta merupakan seniman ternama di Indonesia. Sosoknya dikenal karena sering terlibat berbagai proyek besar, seperti pembangunan Istana Garuda IKN. Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali, 14 November 1951, dan merupakan penganut agama Hindu, seperti kebanyakan masyarakat Bali. Nyoman Nuarta lahir di keluarga besar dengan 9 saudara.
Setelah menyelesaikan SMA, Nyoman pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berhasil lolos seleksi masuk ITB 1972 dan mengambil jurusan seni lukis.
Setelah dua tahun belajar seni lukis, Nyoman memutuskan untuk pindah jurusan seni patung di universitas yang sama. Hal ini menyebabkan dirinya menempuh studi cukup lama di ITB. Nyoman meraih penghargaan besar di tahun ketujuhnya sebagai mahasiswa ITB.
Pada 1979, Nyoman berhasil memenangkan lomba Patung Proklamator Republik Indonesia. Sejak saat itu, Nyoman bersama tiga rekan sesama seniman, yaitu Budiono Soeratno, Sardono Sugiyo, Y Sumartono, dan G. Sidharta menjadi terkenal.
Melansir situs Galeri Nasional Indonesia (GNI) patung karya Nyoman dan kawan-kawannya saat ini berdiri di Taman Proklamasi, Jakarta Pusat. Seolah menjadi sebuah ciri khas, Nyoman Nuarta membuat patung momen proklamasi Soekarno-Hatta itu menggunakan material perunggu.
Berkat ketenarannya, Nyoman Nuarta mulai dipercaya untuk terlibat dalam pembuatan beragam proyek tingkat nasional. Satu tahun setelah berhasil mendirikan patung proklamasi, Nyoman mengagas pendirian patung GWK di Bali. Usulan itu disetujui pada 1990 dan Nyoman mulai menjalankan pembangunannya.
Pembangunan patung GWK bukanlah hal yang mudah. Patung tersebut memakan waktu pembuatan 28 tahun dan baru bisa diresmikan pada 2018. Namun, proses lama itu tak sia-sia. Patung GWK setinggi 122 meter dinobatkan sebagai patung tertinggi di Indonesia.
Besar patung ini bahkan mengalahkan Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya, yang juga ia bangun pada 1990 dan diresmikan pada 1996. Sepanjang hidupnya, Nyoman sering mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan seni tingkat nasional hingga internasional. Ia pernah memenangkan penghargaan dari Nanyang Academy of Fine Arts 1989, di Singapura. (Asmara Putera/balipost)