
DENPASAR, BALIPOST.com – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi memasukkan mata pelajaran pilihan koding dan kecerdasan artifisial (AI) ke dalam kurikulum mulai tahun ajaran 2025/2026. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Mendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Toni Toharudin dalam webinar Sosialisasi Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 yang disiarkan YouTube Kemendikdasmen, Selasa (22/7) menyebutkan, pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial ini adalah bagian dari upaya untuk merespons perkembangan teknologi. Ini, sekaligus mewujudkan manusia Indonesia yang kritis produktif beretika dan juga bertanggung di dalam mengembangkan dan juga memanfaatkan teknologi.
Berikut adalah 5 alasan dua mata pelajaran (mapel) ini penting dalam rangka mempersiapkan generasi emas pada 2045, disarikan dari laman AiCI (Artificial Intelligence Center Indonesia):
- Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi AI yang semakin pesat mulai menyentuh hampir semua aspek kehidupan.
Dari fitur kamera ponsel, rekomendasi video, hingga robot pintar, AI sudah hadir di sekitar kita.
Melihat kondisi ini, muncul gagasan untuk memasukkan koding AI sebagai mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD).
Mulai tahun ajaran 2025/2026, mata pelajaran koding (coding) dan kecerdasan buatan (AI) akan diperkenalkan di jenjang Sekolah Dasar (SD), tepatnya mulai kelas 5. Mata pelajaran ini akan menjadi mata pelajaran pilihan, bukan mata pelajaran wajib.
2. Tingkatkan Literasi Digital
Beberapa alasan dan tujuan memasukan mapel ini, di antaranya pemerintah ingin membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman yang semakin digital.
Mata pelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital siswa dan mendorong mereka menggunakan teknologi secara bijak.
Selain keterampilan teknis, pembelajaran juga akan fokus pada etika dalam penggunaan AI dan koding. Diharapkan mata pelajaran ini dapat membentuk kesalehan digital pada siswa, yaitu kemampuan menggunakan teknologi untuk hal-hal positif.
Mata pelajaran ini merupakan bagian dari upaya membangun generasi yang unggul dalam penguasaan teknologi dan mampu memanfaatkannya untuk kemajuan bangsa.
Pembelajaran koding dan AI juga bisa diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain atau menjadi kegiatan ekstrakurikuler.
Materi pembelajaran akan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak SD, mungkin lebih fokus pada pengenalan logika dasar dan permainan visual daripada pemrograman kompleks. Pembelajaran tidak selalu harus berbasis komputer, bisa juga menggunakan alat peraga atau metode “unplugged”.
3. Latih Anak Berpikir Sistematis
Anak-anak tumbuh di era digital. Belajar koding sejak SD membantu mereka memahami bagaimana teknologi bekerja, bukan hanya menjadi pengguna pasif.
Koding bukan hanya soal menulis perintah komputer, tetapi juga melatih anak berpikir sistematis, menyelesaikan masalah, dan berkreasi.
Banyak profesi di masa depan akan berkaitan dengan AI dan teknologi. Dengan bekal koding sejak dini, anak-anak lebih siap menghadapi tantangan global.
4. Investasi Masa Depan
Tentunya, koding untuk anak SD berbeda dengan mahasiswa atau profesional. Materi harus menyenangkan, interaktif, dan sesuai usia.
Menggunakan platform seperti Scratch atau Blockly agar anak bisa membuat game atau animasi dengan menyusun blok kode.
Menjadikan koding AI sebagai mata pelajaran SD bukan sekadar tren, melainkan investasi penting untuk membentuk generasi yang kreatif, kritis, dan siap bersaing di era digital.
5. Negara Maju Sudah Menerapkan
Beberapa negara di dunia sudah menerapkan mapel koding dan AI dalam pembelajaran. Negara-negara itu di antaranya India, China, Jepang, Singapura, dan Amerika.
Aturan pendidikan nasional di India telah menekankan integrasi literasi digital, coding, dan ilmu komputer dalam kurikulum yang diberlakukan sejak kelas 6 di sekolah dasar pada tahun 2020. Selain itu, pembelajaran pemrograman komputer juga dilaksanakan sebagai ekstrakurikuler atau aktivitas siswa usai jam sekolah.
Sistem pendidikan ini telah sukses melahirkan banyak programmer yang berkualitas dari India karena kurikulum pendidikan yang ketat dan fokus dalam pemecahan masalah teknis secara digital. Imbasnya, banyak perusahaan teknologi terkemuka dunia memiliki pusat pengembangan di India.
Sementara di China, tren dalam bidang robotik dan kecerdasan buatan sudah dimulai sejak 2017, ketika pemerintah China mengeluarkan rencana pengembangan kecerdasan buatan atau AI dan menyarankan kursus pemrograman diajarkan di sekolah dasar dan menengah. Selanjutnya, China menerbitkan buku teks pertamanya tentang kecerdasan buatan pada 2018.
Penerapan belajar coding sejak dini ini menjadi tren di kalangan orang tua karena dorongan pemerintah China agar masyarakatnya melek teknologi. Anak-anak pun ditargetkan untuk dapat menguasai bahasa pemrograman komputer di usia remaja.
Sedangkan di Jepang, pemrograman komputer sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah diberlakukan sejak 2016. Pendidikan Jepang saat ini juga telah terfokus pada riset dan pengembangan teknologi terbaru. (Asmara Putera/balipost)