Suasana di Jalan Gunung Batur, Singaraja yang diusulkan ganti nama menjadi Jalan Rai Srimben. (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Wacana penataan kawasan heritage di Kota Singaraja kembali mencuat ke permukaan. Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna menggulirkan usulan menggunakan nama ibunda Soekarno, Rai Srimben menjadi nama jalan. Jalan yang akan diganti namanya adalah Jalan Gunung Batur.

Menurut Supriatna, Jumat (15/8), penggantian nama ini sebagai upaya memperkuat sejarah keluarga Bung Karno di Buleleng.

Ide untuk menggunakan nama ibunda Soekarno ini terungkap ketika Wabup menghadiri acara baca puisi yang digelar di sebuah rumah bersejarah di Jalan Gunung Batur Nomor 1, Paket Agung, rumah kos Raden Soekemi Sosrodihardjo, ayah dari Proklamator RI, Soekarno.

Baca juga:  Berlaku Mulai Hari Ini, Kemenhub Keluarkan SE Petunjuk Pelaksanaan PPDN Terbaru

“Dan kalau memang memungkinkan, mohon maaf, prosesnya seperti apa, bila perlu Jalan Gunung Batur ini ganti saja namanya menjadi Jalan Rai Srimben. Supaya ada jejak sejarah dari keberadaan tempat ini,” ujar Supriatna.

Lebih lanjut, ia menegaskan penataan kawasan heritage ini akan melibatkan sejumlah titik bersejarah, mulai dari Taman Bung Karno, Bale Agung, rumah kos Raden Soekemi, hingga Kantor Bupati Buleleng. Jalur tersebut dirancang sebagai “titik nol sejarah” Kabupaten Buleleng dan sebagai simbol pusat sejarah yang menyatukan masa lalu dan masa kini.

Baca juga:  Tanaman Tembakau Diserang Jamur Phytophtora dan Bakteri Mozaik

Supriatna juga mengapresiasi semangat warga yang menginisiasi kegiatan sastra tersebut sebagai bentuk kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga memori sejarah.

“Menurut saya, bagus kalau acara seperti ini tumbuh dari masyarakat. Ini artinya ada kesadaran untuk menjaga jejak sejarah agar tetap hidup dan dikenang lintas generasi,” tambahnya.

Dikutip dari berbagai sumber, Ida Ayu Nyoman Rai (1 Januari 1881-12 September 1958) adalah ibunda dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno. Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881 sebagai anak ketiga dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran.

Baca juga:  Usulan Bangun Kasino di Bali Tuai Penolakan

Sewaktu kecil orangtuanya memberi nama panggilan “Srimben”, yang mengandung arti limpahan rezeki yang membawa kebahagiaan dari Bhatari Sri.

Semasa remaja di Banjar Bale Agung, Nyoman Rai Srimben bersahabat dengan Made Lastri yang kemudian mengenalkannya dengan seorang guru Jawa pendatang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo.

Keduanya kemudian menikah pada tahun 1897, setelah sebelumnya tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua Nyoman Rai Srimben. Putri pertama mereka, Raden Soekarmini (juga dikenal sebagai Bu Wardoyo) lahir pada tanggal 29 Maret 1898. Mereka kemudian berpindah ke Surabaya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN