DENPASAR, BALIPOST.com – Lima kelompok kreatif dari Bali unjuk kemampuan dalam Lomba Kreasi Dekorasi Pintu Masuk atau Gayor yang digelar dalam rangkaian Jantra Tradisi Bali di halaman Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Rabu (2/7).
Meski minim penonton, lomba ini menjadi panggung edukatif untuk menghidupkan seni tradisi sekaligus menggugah kreativitas generasi muda.
Peserta yang sebagian besar anak muda terlihat serius merangkai bunga, menganyam janur, dan membentuk gayor penuh makna.
Dekorasi ini tak lagi hanya muncul dalam upacara adat, tetapi kini merambah ke acara formal, hotel, hingga destinasi wisata.
Guru Besar ISI Denpasar yang menjadi salah satu juri, Prof. Ketut Muka Pendet mengapresiasi kemampuan generasi muda Bali dalam lomba kali ini.
“Anak-anak muda ini sangat detail dan kreatif. Mereka mengolah bahan alami seperti daun, bunga, bambu menjadi karya seni tinggi. Ini potensi besar, bukan hanya budaya, tapi juga komoditas ekonomi,” ujar Muka.
Menurutnya banyak hotel memanfaatkan dekorasi khas Bali seperti gayor untuk menyambut tamu, terutama di kawasan wisata seperti Ubud.
Gayor sendiri sudah dikenal sejak lama dengan sebutan pelengkungan, yang menghiasi pintu masuk saat upacara. Dihiasi unsur simbolik seperti ambu dan don andong yang masing-masing elemen punya makna spiritual.
Seiring waktu, bentuknya dimodifikasi dengan sentuhan modern, namun unsur pelengkung tetap menjadi inti. Tahun 2000-an menjadi tonggak perubahan bahan dekoratif menuju yang ramah lingkungan.
Upaya ini makin ditegaskan di era Gubernur Wayan Koster dengan pelarangan bahan sintetis demi kelestarian lingkungan dan nilai tradisi.
Meski kreativitas peserta diapresiasi tinggi, Muka mengingatkan pentingnya memahami simbol dan filosofi di balik tiap elemen.
Ajang ini diharapkan tak hanya memicu semangat berkreasi, tetapi juga mendorong munculnya pelaku ekonomi kreatif berbasis budaya Bali yang mendalam dan bermartabat. (Ketut Winata/balipost)