Penari membawakan Tari Baris Gede I Kebo Dongkol Macan Gading. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tari Baris Gede bukan sekadar tontonan sakral saat pujawali. Salah satu variannya yang mencuri perhatian adalah Tari Baris Gede I Kebo Dongkol Macan Gading, yang dipentaskan di Pura Dalem Kedewatan, Sanur.

Dibalut suasana magis, ritual ini sarat makna sejarah, simbol perang, hingga kerauhan. Berikut lima hal menarik yang perlu diketahui:

1. Tarian Wajib saat Tilem Kajeng di Pura Dalem Kedewatan

Tari Baris Gede I Kebo Dongkol Macan Gading selalu dipentaskan saat pujawali Tilem Kajeng di Pura Dalem Kedewatan, Sanur. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian upacara sakral umat Hindu di kawasan tersebut.

Baca juga:  Kesenian Betawi di Kalangan Ayodya

2. Berawal dari Pemindahan Pura

Keberadaan tarian ini berkaitan erat dengan sejarah pemindahan Pura Dalem Kedewatan dari wilayah Tangtu, Kesiman ke kawasan Sanur. Peristiwa ini menjadi latar spiritual dari lahirnya sesuhunan dalam bentuk tarian Baris Gede yang diwariskan turun-temurun.

3. Puluhan Penari, Satu Senapati Berbusana Hitam

Dalam pertunjukannya, Tari Baris Gede biasanya dibawakan oleh 12 hingga 16 penari. Mereka mengenakan busana sederhana berupa babuntilan, celana putih, kain gringsing, serta gelungan bunga gumitir. Namun ada satu tokoh istimewa, yakni senapati yang tampil mencolok dengan busana serba hitam—dialah I Kebo Dongkol.

Baca juga:  Dewa Puspaka Tolak Asetnya Disita

4. Ritual Kerauhan yang Dramatis

Aksi puncak dari tarian ini terjadi saat senapati I Kebo Dongkol menghunus keris dan memenggal bunga gumitir dari gelungan pasukan penari tombak. Adegan ini menjadi pemantik terjadinya kerauhan massal, di mana penari satu per satu masuk dalam kondisi trance, meneriakkan pekikan perang sambil mengarahkan tombak ke arah sang senapati.

5. Diakhiri dengan Penyucian Tirta

Setelah seluruh penari mengalami kerauhan, mereka lalu diboyong ke utama mandala Pura Dalem Kedewatan untuk diperciki tirta suci, sebagai bentuk penyucian dan pemulihan energi spiritual usai pertunjukan berlangsung. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Gathering Komunitas Kendaraan Listrik, PLN Ajak Masyarakat Ubah Mindset
BAGIKAN