
MANGUPURA, BALIPOST.com – Di tengah ramainya kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menyampaikan keprihatinannya terhadap penurunan tingkat hunian hotel di Bali. Menurutnya, kondisi ini memunculkan fenomena baru dalam dunia pariwisata yang perlu dicermati secara mendalam.
Saat menghadiri Asia Grassroots Forum di kawasan Nusa Dua, Kamis (22/5), Sandi mengungkapkan bahwa meskipun hotel-hotel tidak terisi penuh seperti sebelumnya, perekonomian Bali tetap menunjukkan daya tahan yang luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya penurunan signifikan dalam pembayaran pajak oleh pelaku usaha di sektor pariwisata.
“Dari data Bali Tourism Board, pembayaran pajak dari hotel, restoran, kafe, dan kegiatan-kegiatan lain masih stabil. Ini menandakan bahwa Bali masih tangguh menghadapi situasi keterlambatan ekonomi global,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa perubahan pola konsumsi wisatawan menjadi faktor utama. Saat ini, banyak pelancong yang memilih menginap di vila atau akomodasi nonformal lainnya melalui platform digital. Pilihan ini dinilai lebih fleksibel dan personal. Namun, Sandi mengingatkan bahwa fenomena ini tak boleh mengurangi kontribusi ekonomi bagi Bali.
“Meski mereka tidak tinggal di hotel, jangan sampai ekonomi Bali tidak merasakan dampaknya. Kita perlu memastikan bahwa pilihan akomodasi alternatif ini juga memberi kontribusi kepada daerah,” tegasnya.
Sandi menekankan pentingnya mengarahkan wisatawan untuk memilih tempat menginap yang telah memiliki izin resmi dan sertifikasi. Ia percaya, hal ini menjadi solusi terbaik agar kualitas layanan tetap terjaga dan pemerintah bisa melakukan pengawasan yang efektif.
“Dengan memilih akomodasi yang bersertifikasi, kita bisa menjamin kenyamanan wisatawan serta melindungi kepentingan masyarakat lokal. Ini adalah fondasi penting agar wisatawan memberikan dampak positif terhadap ekonomi Bali,” katanya.
Di akhir pernyataannya, Sandiaga mengingatkan agar semua pihak tetap waspada memasuki semester kedua tahun 2025. Ia menilai, ketidakpastian ekonomi global bisa berdampak pada sektor pariwisata jika tidak dikelola dengan bijak.
“Kita harus bersiap menghadapi paruh kedua 2025. Pastikan Bali tetap menjadi destinasi unggulan, tidak hanya karena keindahan alamnya, tapi juga karena kesiapan kita dalam menyambut dan mengelola wisatawan secara berkelanjutan,” pungkasnya.(Parwata/Balipost)