Krama Desa Adat Songan, Kintamani, Bangli saat menggelar karya Caru Nawa Gempang dan Pamahayu Jagat, Selasa (20/5). (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli menggelar upacara Caru Nawa Gempang, dan Pamahayu Jagat yang dipusatkan di Catus Pata Desa Adat Songan, Selasa (20/5).

Ritual sakral ini diikuti 33 banjar adat yang ada di Desa Adat Songan. Tujuannya untuk tercapainya kerahayuan dan keselamatan alam semesta, terutama terhadap masyarakat Desa Songan.

Ketua Panitia Karya Jro Saba mengatakan upacara khusus ini digelar selain karena situasi dan kondisi desa adat yang banyak terjadi musibah di luar kewajaran, juga dilaksanakan dalam satu rangkaian dengan persiapan ngusaba karo (Ida Bhatara Tedun Kabeh) di Bale Agung, serta ngusaba kapat (pujawali di Pura Hulundanu Batur Songan) tahun 2025. Dan juga sebagai persiapan awal Panca Wali Krama tahun 2026 di Pura Tri Kahyangan Jagat, yang berlokasi di huluning Danu Batur sesuai prakampa dan purana pura yang diwariskan para leluhur dan lelangit.

Baca juga:  Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan Gelar Pamahayu Jagat

Begitu juga, setiap pelaksanaan upacara wenang dilakukan dan disanggra oleh penguasa di seluruh Bali, karena Ida Bhatara Dewi Danu dipercaya pengamel merta untuk seluruh orang Bali. Pura Hulundanu yang diperkirakan sudah ada sejak abad keempat masehi ini sudah sering diadakan upacar Panca Wali Krama dan terakhir dilaksanakan tahun 2006 dan 2016. Yang akan datang rencana akan dilakasanakan tahun 2026, dengan jumlah kerbau 13 ekor, sekalian Padudusan Agung.

Sementara itu, prosesi upacara Caru Nawa Gempang, dan Pamahayu Jagat ini dipuput lima sulinggih, empat di Catus Pata Desa dan satu orang sulinggih di Pura Dalem Suci Desa Adat Songan. Para sulinggih tersebut Ida Peranda Sikara dari Griya Saraswati, Kediri, Tabanan, Ida Rsi Bhujangga Putra Celagi Dharma Yoga dari Griya Gangga Danu Wedana Sari, Ida Mpu Nabe Siwa Putra Darma Daksa dari Griya Lingga Acala dan Ida Mpu Nabe Nyoman dari Griya Gwa Song Songan. Selain sulinggih, sesuai dengan sima deresta, upacara ini juga dipuput oleh Guru Kubayan, Jero Mangku Gede, Jero Dasaran, Jero Balian, serta Jero Penyarikan Desa Adat Songan.

Baca juga:  Luapan Air Danau Batur Rendam Jalan Aspal, Ancam Puluhan Rumah Warga

Diharapkan dengan digelarnya upacara ini akan terjadi keseimbangan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit di wilayah Desa Adat Songan. “Semua permasalahan yang pernah terjadi selama ini seperti mati ulah pati, salah pati dan yang lainnya tidak akan terjadi lagi. Kita harapkan masyarakat Desa Songan segilik seguluk, selunglung sebayantaka, raket dan rumakat di antara sesama masyarakat,” harapnya.

Selain itu, diharapkan jagat Desa Adat Songan menjadi harmonis, dan berada dalam situasi yang lebih baik ke depan. Lebih-lebih akan dilaksakan upacara besar di Pura Kahyangan Jagat di Pura Hulundanu, sehingga para generasi muda menjadi lebih paham dan mengerti dengan keberadaan pura yang dipercaya sebagai pusat mertha dan kesejahteraan semeton Bali. (Pramana Wijaya/balipost)

Baca juga:  Hujan Deras Seharian, Tembok dan Kandang Babi Longsor
BAGIKAN