Dokumen- Bencana pohon tumbang yang terjadi di wilayah Karangasem. (BP/Nan)

DENPASAR, BALIPOST.com – Anomali cuaca yang tidak menentu terjadi belakangan ini di Bali. Hujan ringan hingga lebat masih terjadi di beberapa wilayah.

Padahal, secara umum wilayah Bali memasuki musim kemarau. Dampaknya, bencana hidrometeorologi pun terjadi. Seperti, banjir, pohon tumbang, bahkan longsor.

Terkait fenomena ini, Sekretaris BPBD Provinsi Bali I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, mengatakan, tidak ada hal khusus dalam menyikapi anomali cuaca yang terjadi saat ini. Sebab, musim merupakan hal yang terjadi berulang setiap tahun.

Baca juga:  BRI Jadi Perusahaan Publik Terbesar di Indonesia 8 Tahun Berturut-turut

Namun demikian, BPBD Bali tetap melakukan kegiatan kesiapsiagaan rutin. Seperti, apel radio 2 kali sehari, diseminasi peringatan dini berkala, monitoring dan evaluasi, siaga untuk penanganan darurat, rapat koordinasi kesiapsiagaan, dan menyiagakan peralatan serta logistik.

Terkait musim kemarau panjang yang akan terjadi di tahun 2025, dikatakan BPBD Bali telah memantau kawasan yang sering terbakar, seperti kawasan Gunung Agung dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

Baca juga:  Denpasar Belum Gelar PTM 100 Persen

Koordinasi kesiapsiagaan penanganan kebakaran juga dilakukan. Begitu juga memantau desa-desa yang tidak tersedia infrastruktur jaringan air bersih untuk memitigasi krisis air bersih. Terutama di wilayah Buleleng, Karangasem, dan Jembrana.

Di tengah efisiensi anggaran, Teja mengatakan, tidak ada pemangkasan spesifik terhadap anggaran mitigasi kebencanaan di Bali. Total anggaran kebencanaan di Bali sebesar Rp7.461.869.369. Jumlah anggaran ini untuk belanja kegiatan atau belanja prioritas, tidak termasuk belanja pegawai.

Baca juga:  Rindam IX/Udayana Lantik 262 Bintara TNI AD

“Tidak spesifik dipangkas dalam hal mitigasi. Kami mengikuti kebijakan bahwa anggaran yang dipangkas adalah perjalanan dinas dan kegiatan seremonial,” ujarnya, Rabu (7/5). (Ketut Winata/Balipost)

BAGIKAN