Arsip - Sebuah rambu kesehatan masyarakat terpasang di London, Inggris, Selasa (28/12/2021). WHO memperingatkan risiko yang ditimbulkan oleh varian baru COVID-19 Omicron sangat tinggi, setelah terdata jumlah kasus secara global meningkat 11 persen pekan lalu. (BP/Ant)

LONDON, BALIPOST.com – Varian Omicron rata-rata menginfeksi sekitar dua hari lebih pendek daripada Delta. Temuan itu ditunjukkan dalam sebuah penelitian skala besar terhadap warga Inggris yang divaksin yang menyimpan catatan di ponsel atas gejala COVID-19 mereka setelah terinfeksi pascavaksinasi.

“Munculnya gejala yang lebih singkat itu menunjukkan, seraya menunggu konfirmasi dari pemeriksaan muatan virus, bahwa periode penularan mungkin lebih pendek, yang pada gilirannya akan berdampak pada kebijakan kesehatan di tempat kerja dan panduan kesehatan masyarakat,” tulis para penulis penelitian itu, dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (8/4).

Berdasarkan aplikasi Zoe COVID, yang mengumpulkan data tentang gejala yang terlaporkan secara otomatis itu, penelitian ini juga menemukan bahwa infeksi Omicron yang bergejala 25 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit daripada di kasus Delta.

Baca juga:  Prancis Laporkan Kasus Harian Tertinggi Sejak Pandemi COVID-19

Sementara tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah telah diketahui, penelitian ini unik dalam analisis rinci dan mengoreksi distorsi yang disebabkan oleh perbedaan status vaksinasi dengan melihat sukarelawan yang divaksin saja.

Para peneliti di King’s College London menganalisis dua kumpulan data dari 1 Juni hingga 27 November 2021, ketika varian Delta menyumbang lebih dari 70 persen kasus. Dan, dari 20 Desember 2021 hingga 17 Januari. 2022, ketika Omicron lebih dari 70 persen kasus.

Baca juga:  Kasus Omicron di Indonesia Kembali Bertambah

Para pasien itu –hampir 5.000 di setiap kelompok– dicocokkan dan dibandingkan 1 lawan 1 pada orang dengan usia, jenis kelamin, dan dosis vaksinasi yang sama di kelompok lain. Durasi gejala Omicron yang relatif lebih pendek terhadap Delta lebih jelas pada mereka yang mendapat tiga dosis vaksin.

Gejala itu berlangsung rata-rata 7,7 hari selama periode yang didominasi Delta. Sedangkan untuk Omicron mencapai 4,4 hari, atau 3,3 hari lebih sedikit.

Di antara mereka yang hanya menerima dua dosis vaksin, gejala Delta berlangsung selama 9,6 hari dan 8,3 hari dari Omicron, perbedaan hanya 1,3 hari. Aplikasi Studi Zoe COVID, sebelumnya dikenal sebagai Aplikasi Studi Gejala COVID, mengumpulkan data tentang gejala yang terlapor sendiri.

Baca juga:  Kemenkes Akhirnya Akui Omicron Sudah Ditemukan di Bali

Perusahaan ZOE Ltd itu awalnya didirikan untuk menawarkan saran nutrisi yang disesuaikan berdasarkan alat tes. Aplikasinya adalah inisiatif nirlaba yang bekerja sama dengan King’s College London dan didanai oleh Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial. Studi ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada Kamis dan akan dipresentasikan pada Kongres Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular di Eropa akhir bulan ini. (kmb/balipost)

BAGIKAN