toko
Nyoman Parta. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata Bali kembali ternoda dengan munculnya postingan seorang wisatawan mancanegara (wisman) tengah berfoto di atas pelinggih. Melihat lokasinya, pelinggih itu berada di kawasan Pura Luhur Batukaru, Desa Wangaya Gede, Penebel, Tabanan.

Ironisnya, kejadian serupa pernah terjadi di sejumlah Pura lain di Pulau Dewata. “Hampir semua Pura-Pura besar umat Hindu menjadi tujuan kunjungan wisata. Tapi tidak semua wisatawan menggunakan guide. Ada juga backpacker, dan tidak semua Pura ada penjaganya. Jangan sampai pariwisata menjadi simalakama. Uang dapat, tapi kesucian Pura terganggu,” ujar Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Parta dikonfirmasi, Kamis (13/9).

Baca juga:  Begini Kondisi Warga Pasca Gunung Agung Kembali Bergemuruh dan Menyemburkan Abu

Menurut Parta, tidak masalah bila desa pakraman atau pengempon Pura ingin terus mendapatkan uang dari tiket masuk Pura. Namun sebaiknya perlu disiapkan pula tenaga kerja atau petugas yang secara khusus mengawasi wisatawan.

Desa adat setempat bisa menggaji beberapa pengempon Pura untuk melakukan tugas itu. Dengan demikian, tidak ada lagi wisatawan yang secara sembarangan naik ke atas pelinggih. “Ini kejadian untuk kesekian kalinya, harus ada langkah yang serius dan kongkrit. Sebagai antisipasi tamu yang backpacker itu, yang tidak memakai jasa guide, kita yang bentengi diri dengan menaruh orang di setiap Pura Kahyangan Jagat untuk berjaga mengawasi aktivitas turis di areal Pura,” jelas Politisi PDIP asal Guwang, Gianyar ini.

Baca juga:  Senggol Penyapu Jalan, Pemotor Tewas Digilas Mobil

Parta menambahkan, petugas tersebut tidak perlu bisa berbahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Asalkan ada gelagat wisatawan hendak menaiki pelinggih, petugas itu harus bisa dengan sigap melarang untuk naik. Bisa dengan membentangkan tangan, ataupun menyerukan larangan dengan menggunakan bahasa Bali.

“Tinggal bilang ‘de ci menek, sing dadi’ (Jangan naik, tidak boleh, red) sambil membentangkan tangan, turis pasti mengerti. Bantuan untuk desa adat dari Provinsi kan lumayan besar tiap tahunnya, sisihkan sedikit untuk gaji 4 orang. Pang sing makin cemar Puranya, campah dadi nak Bali,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Kebijakan Pariwisata Murahan Datangkan Wisman Bermasalah
BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *