Petani Jeruk di Kintamani mengeluhkan anjloknya harga jeruk. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Petani jeruk di Kintamani kembali dihadapkan dengan jatuhnya harga jeruk di pasaran. Anjloknya harga tersebut, lantaran jeruk dari luar menyerbu Bali.

Petani jeruk asal Desa Kintamani, Gusti Wijaya saat dikonfirmasi, Minggu (6/8) mengatakan, jatuhnya harga jeruk lantaran musim panen tahun ini bersamaan dengan panen jeruk di daerah Malang, Jawa Timur. Karena buah jeruk asal Jawa ini menyerbu Bali, maka jeruk Bali kalang saing. “Jeruk asal Jawa ukurannya lebih besar, sementara harga jualnya jauh lebih murah,” jelas Wijaya.

Baca juga:  Puluhan Pedagang Terkonfirmasi Positif COVID-19, Ini Efeknya ke Pasar Kidul

Sementara petani lainnya, Wayan Arnada, menuturkan awalnya dia sempat dibuat tersenyum karena harga jeruk di pasaran sempat bagus mencapai Rp 5.000 hingga Rp 7.000. Namun ketika memasuki musim panen raya, harga jeruk jatuh hingga titik nadir. “Dijual dengan harga Rp 3.000 saja, tidak ada pengepul yang berani membeli,” ungkapnya.

Arnada menambahkan, kondisi ini jelas membuat petani merugi. Biaya perawatan tanaman jeruk begitu tinggi. Agar tanaman jeruk mau menghasilkan membutuhkan perawatan seperti pemupukan, penggemburan lahan dan pengobatan. “Buah jeruk kami terancam rontok lantaran tidak ada yang membeli,” ucap Arnada (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Memaknai Semangat Sumpah Pemuda di Tengah COVID-19
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *