Jaga Bali makin susah
Ida Pedanda Istri Jelantik. (BP/dir)
DENPASAR, BALIPOST.com – Menjaga Bali ke depan makin susah. Orang Bali harus memagari dirinya dengan filasafat kehidupan agar bisa menghadapi tantangan yang makin kuat.

Orang Bali juga harus membangun kesadaran penuh untuk bisa mengawal peradaban Bali. Kini, mengawal Bali sebagai tempat hidup yang layak dan nyaman makin susah.

Pesan pengingat ini disampaikan Ida Pedanda istri Jelantik saat mengawali perbincangannya dengan Bali Post di Gria Budha di Jalan Tukad Irawadi No 18, Panjer. Ida Pedanda istri yang menghabiskan sebagian besar masa dinasnya untuk melayani anak-anak disabilitas ini mengingatkan Bali harus tetap dijaga dan diselamatkan dari berbagai ancaman.

“Ini membutuhkan rasa toleransi yang kuat dan kesadaran untuk membudayakan keharmonisan dengan menularkan nilai-nilai kemanusian. Berdoalah dan lakukan perbuatan baik sebanyak mungkin. Doa akan memberikan pertolongan kepada kita untuk menghadapi tantangan hidup,” jelas Ida Pedanda istri Jelantik yang semasa walakanya bernama Ida Ayu Surayin.

Pesan moral lain yang disampaikan adalah dalam menjalani hidup manusia hendaknya mengenali dirinya sedalam-dalamnya. Dengan kesadaran terhadap diri, kita mestinya mampu menjadi penjabar ajaran Tat Twam Asi secara benar.

Baca juga:  Gusti Ngurah Sudiana Terpilih Kembali Jadi Ketua PHDI Bali
Ini penting kita pahami agar kita tidak terbelenggu rasa iri hati, suka memfitnah dan marah hanya untu menunjukan “kekuatan” diri. “Dan bagi orang–orang yang kena fitnah jangan pernah merasa rendah diri apalagi terkucilkan. Sesungguhnya fitnah adalah bagian dari cobaan hidup,” jelas Ida Pedanda Istri Jelantik.

Sebagai orang Bali, Ida Pedanda Istri Jelantik -yang telah menerbitkan 10 buku hasil karyanya untuk menuntun umat Hindu menjalankan hidup dan menjabarkan ajaran agamanya- juga mengingatkan agar kita hendaknya membangun kesadaran penuh untuk mengawal Bali ke depan. Peradaban Bali yang kini kita jadikan cermin kehidupan berpotensi tergerus. Ini akibat makin besarnya tantangan menjaga Bali.

Pemikiran–pemikiran beliau yang dituangkan dalam konsep buku terbarunya –yang akan dicetak oleh Pustaka Bali Post— menjabarkan bahwa kini ada sejumlah “virus” yang berpotensi menjadi ancaman serius bagi Bali. Diantaranya adalah globalisasi, mordenisasi serta materialinisasi.

Tiga ancaman ini merupakan dampak dari perkembangan teknologi. Ini berpotensi mengantarkan generasi pewaris Bali makin jauh dari akan budayanya. Ini jelas akan menjadi masalah serius bagi Bali.

Ancaman lainnya adalah zaman Kaliyuga yang sarat dengan godaan dan masalah. Dalam konteks ini Tri Hita Karana (THK) dan Tat Twam Asi tak sepenuhnya bisa dijabarkan. Manusia terbawa egonya dan terbawa arus mordenisasisi itu sendiri. Tantangan lainnya adalah dalam konteks lainnya, etika bahkan tak dipandang menjadi hal penting.

Tata krama tak menjadi ajaran mendasar yang dikembangkan. Pendekatan ekonomi dan materialistik membuat semua diukur berdasarkan harta. Termasuk dalam hal ini adalah terjadinya komersialisasi banten sebagai sarana upakara. “Saya juga amati upaya untuk menjaga Bali tergerus oleh ambisi-ambisi ekonomis. Ini menyuburkan konflik kepentingan bahkan di tingkat keluarga,” jelasnya.

Untuk itu, ia mengingatkan agar menjadi orang Bali yang memiliki kesetiaan untuk menjaga Bali. “Ini adalah bagian dari yadnya kita terhadap leluhur yang kita yakini menjadi kekuatan dan sinar yang menerangi perjalanan kita dalam menjalani hidup. Saya hanya ingin mengingatkan agar orang Bali sadar bahwa untuk menjaga Bali ke depan makin sulit dan tantangan akan makin berat. Wabah bagi Bali bisa menjadi masalah serius,” ujar Ida Pedanda Istri Jelantik yang berusia 86 tahun ini. (Dira Arsana/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *