
SINGARAJA, BALIPOST.com – Sekolah Dasar Negeri 4 Sambirenteng di Desa Sambirenteng, Buleleng tidak mendapatkan siswa saat tahun ajaran bari 2025-2026 kali ini. Mirisnya lagi, seluruh kelas saat ini hanya terisi di bawah 10 siswa.
Penyebab utama yang menjadi faktor penyumbang minimnya siswa adalah kondisi fisik bangunan sekolah yang memprihatinkan. Plafon gedung banyak yang jebol dan kondisi atap bangunan perpustakaan sudah roboh.
Ditambah lagi, keberadaan pendukung seperti laptop di sekolah ini sangat terbatas, yang tentu saja berpengaruh pada kualitas pembelajaran.
Plt. Kepala Sekolah SDN 4 Sambirenteng, Ni Made Suasmini tak menampik hal itu. Ia menjelaskan, konsisi minimnya siswa untuk bersekolah di SDN 4 Sambirenteng terjadi sejak 8 tahun terakhir. Tak pelak jumlah keseluruhan siswanya hanya 32 orang.
Sebagai upaya untuk menarik perhatian masyarakat dan calon siswa, pihak sekolah telah beberapa kali melakukan promosi online melalui media sosial. Bahkan, sebelumnya, sekolah ini sempat bekerja sama dengan yayasan untuk mengadakan pelajaran bahasa Inggris untuk siswa kelas 3 hingga 6, serta lomba-lomba yang dilaksanakan di sekolah ini.
“Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini, tidak ada kedatangan siswa baru. Tapi kita tetap menjalankan instruksi melaksanan sejumlah kegiatan,” jelas Made Suasmini.
Sejauh ini, kondisi inipun belum mendapatkan perhatian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng. Suasmini mengaku, belum ada tindak lanjut dari Dinas terkait. “Kita belum sempat berkoodinasi dengan Dinas. Namun BPBD sudah memberikan bantuan terpal terkait bangunan perpustakaan yang roboh,” imbuhnya.
Kondisi minimnya siswa inipun berpengaruh terhadap dana BOSP yang diterima. Dari data, sekolah hanya mendapatkan dana BOSP sebesar Rp. 40 juta lebih.
Dana itu pun dirasa belum mencukupi untuk operasional sekolah yang terletak di Kecamatan Tejakula itu. Bahkan guru-guru harus patungan untuk membiayai sejumlah kegiatan di sekolah.
“Kekurangan honor bagi pegawai TU ini kami bantu patungan. Jika ada perpisahan siswa, kami juga talangi bersama-sama. begitu juga saat Piodalan ataupun pecaruan. Kami menalangi dengan patungan,” jelasnya.
Kondisi inipun mendapat perhatian dari Anggota Komisi II DPRD Buleleng, Desa Komang Yudi. Politisi asal Desa Tembok ini menyebut, kondisi ini diketahui saat reses dengan guru-guru di Kecamatan Tejakula beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kondisi ini tidak bisa diselesaikan dengan cara regruping semata. Melainkan Dewa Yudi menyarankan agar keberadaan sekolah ini menjadi Sekolah Widyalaya.
“Keunggulan dari sekolah-sekolah di wilayah Widyalaya sangat baik, terutama dalam hal kurikulum yang lebih baik dan penguatan nilai agama. Selain itu, sumber pembiayaan untuk perbaikan gedung dan fasilitas dapat dioptimalkan melalui APBN,” ujarnya.
Ia menekankan perlunya dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk mendorong perbaikan kondisi SDN 4 Sambirenteng, baik dari segi sarana-prasarana maupun pengelolaan anggaran yang lebih baik. (Nyoman Yudha/balipost)