Ilustrasi. (BP/Ant)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Bidan Nasional diperingati setiap 24 Juni sebagai apresiasi atas peran penting bidan dalam pelayanan kesehatan perempuan, terutama terkait kesehatan reproduksi dan kehamilan. Peran bidan meliputi asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, serta pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi perempuan.

Namun sayang makin banyaknya bidan di Bali berbanding terbalik dengan dengan angka kematian bayi dan balita di Bali yang terus meningkat.

Di Bali saat ini memiliki sebanyak 5.335 orang tenaga kebidanan. Namun, tingkat kematian bayi dan balita setiap tahun meningkat.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, dr. Putu Camellia, M.Kes., mengatakan bahwa saat ini Bali memiliki jumlah tenaga kebidanan sebanyak 5.335 orang. Mereka tersebar di seluruh fasilitas kesehatan di kabupaten/kota di Bali. Terbanyak di Kota Denpasar yaitu 997 orang Bidan. Kemudian di Kabupaten Badung 831 orang, Tabanan 669 orang, Buleleng 648 orang, Gianyar 635 orang, Karangasem 486 orang, Jembrana 385 orang, Klungkung 368 orang, dan Kabupaten Bangli 316 orang.

Baca juga:  Hadiri Kongres ICM, Wagub Cok Ace Harap Bidan Jadi Garda Terdepan Pelayanan Masyarakat

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Bali, dr. Putu Astri Dewi Miranthi, MPH., mengungkapkan bahwa setiap tahun, angkat kematian neonatus, bayi, dan balita di Bali terus meningkat.

Pada tahun 2024, angka kematian bayi terjadi peningkatan dari 9,7/1.000 kelahiran hidup (KH) menjadi 11,1/1.000 KH. Artinya, di antara 1.000 kelahiran di Provinsi Bali terdapat 11 bayi yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Sedangkan untuk angkat kematian balita meningkat dari 10,6/1.000 KH menjadi 12,7/1.000 KH. Artinya, di antara 1.000 kelahiran terdapat 12-13 balita yang meninggal sebelum berusia 5 tahun.

Baca juga:  Gigit Kepala Bocah, Anjing Diobservasi Dua Minggu

Angka tersebut, dikatakan mendekati hasil Long Form Sensus Penduduk (LF-SP) tahun 2020. Di mana, angka kematian bayi Provinsi Bali tercatat sebesar 13,26 per 1.000 KH dan angka kematian bayi 15,37 per 1.000 KH.

Lebih lanjut diungkapkan, dari keseluruhan kematian balita, 62,99% merupakan kematian yang terjadi pada usia neonatus (0-28 hari), 23,95% pada masa post neonatal (29 hari-12 bulan), dan 13,06% pada masa balita (12 bulan-59 bulan). Kematian periode pertama kehidupan 0-7 hari (neonatal dini) mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan. Karena persalinan di Provinsi Bali saat ini mencapai 90,6% di fasilitas kesehatan.

Baca juga:  Imbas Proyek Jalan Tol, Harga Tanah Penyanding Perumda Melonjak

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., M.A.R.S., mengatakan bahwa usia hamil yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, atau jarak kehamilan terlalu dekat (4T) dapat meningkatkan risiko gangguan gizi pada ibu dan bayi, yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya risiko stunting.

“Penting bagi setiap ibu untuk mendapatkan jeda kehamilan yang cukup agar dapat memulihkan kesehatan dan memberikan asupan gizi optimal kepada anak. Dalam konteks inilah, program KB menjadi kunci strategis dalam mencegah stunting,” ungkapnya. (Ketut Winata/balipost)

 

BAGIKAN