Barong Mongah, tarian sakral dari Desa Bunutin, Bangli. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali dikenal sebagai pulau yang kaya akan seni pertunjukan sakral. Salah satunya adalah Tari Barong Mongah, warisan budaya yang hanya bisa ditemukan di Desa Bunutin, Kintamani, Bangli.

Tarian ini tak hanya unik dari segi bentuk, tetapi juga sarat nilai spiritual dan filosofi lokal.

Berikut lima hal menarik tentang tradisi langka ini:

1. Hanya Ada di Desa Bunutin

Barong Mongah merupakan tarian sakral yang tidak dijumpai di tempat lain selain Desa Bunutin. Tarian ini diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian penting dalam ritual adat desa tersebut.

Baca juga:  Mencegah Degradasi Pariwisata Bali

Pementasannya hanya dilakukan pada paruh terang bulan Kapat, bertepatan dengan upacara adat tertentu.

2. Kostum dari Daun Paku

Yang paling mencolok dari tari ini adalah kostumnya. Penari Barong Mongah mengenakan pakaian yang terbuat dari daun pakis (daun paku), sehingga tampak seperti tumpukan semak bergerak. Wajah mereka ditutupi topeng, menambah kesan magis dan misterius.

3. Tarian Tanpa Pakem

Berbeda dengan tari-tari Bali lainnya yang memiliki struktur dan pakem gerak yang baku, Barong Mongah lebih bersifat bebas dan intuitif.

Baca juga:  Ini Alasannya, Tari Rejang Renteng Tak Patut Dilombakan

Penarinya menari secara liar mengikuti irama gamelan, bahkan terkadang terjatuh atau bergerak tak beraturan, mencerminkan elemen alam yang tidak bisa diprediksi.

4. Tradisi Tua Pengusir Hama

Barong Mongah bukan sekadar pertunjukan, melainkan bagian dari ritual pengusiran hama dan energi buruk dari lahan pertanian.

Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Bali menghormati alam dan memohon perlindungan niskala dalam menjaga hasil panen.

5. Sarat Nilai Filosofis

Baca juga:  Dari Bayi Kembar Tiga hingga Tewas Lakalantas

Tradisi Mongah tidak hanya memvisualisasikan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga mengajarkan kesederhanaan, ketulusan, dan keharmonisan hidup.

Dalam buku “Mongah: Belajar Nilai Hidup dari Manusia Pakis” karya Dr. Putu Sabda Jayendra dan Ida Bagus Arya Lawa Manuaba, dijelaskan bahwa Mongah adalah wujud refleksi manusia yang menyatu dengan alam dan menjalani hidup dengan penuh keseimbangan. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN