
DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah pesatnya modernisasi, masyarakat Bali tetap menjaga tradisi leluhur yang sarat makna spiritual dan sosial.
Salah satu tradisi tersebut adalah Nyaji, sebuah upacara adat yang dilaksanakan di Desa Adat Belayu, Tabanan, sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah hasil bumi dan kehidupan yang harmonis.
1. Makna dan Tujuan Upacara Nyaji
Nyaji, yang juga dikenal sebagai “Ngaturang Saji”, merupakan upacara persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tradisi ini mencerminkan rasa terima kasih masyarakat atas berkah hasil panen dan kehidupan yang sejahtera.
Melalui Nyaji, masyarakat diajak untuk selalu bersyukur dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
2. Persembahan Hasil Bumi sebagai Simbol Syukur
Dalam upacara Nyaji, warga desa mempersembahkan hasil bumi seperti padi, buah-buahan, dan sayuran sebagai simbol rasa syukur.
Persembahan ini tidak hanya mencerminkan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga memperkuat solidaritas antarwarga dalam menjaga kelestarian lingkungan dan tradisi.
3. Rangkaian Prosesi yang Sakral
Upacara Nyaji terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan persiapan sesajen oleh masing-masing banjar. Kemudian, sesajen tersebut diarak menuju pura desa dengan iringan gamelan dan tarian sakral.
Prosesi ini menciptakan suasana khidmat dan mempererat hubungan spiritual antara masyarakat dan leluhur.
4. Pelibatan Generasi Muda dalam Pelestarian Tradisi
Tradisi Nyaji juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk memahami dan melestarikan budaya leluhur. Melalui keterlibatan aktif dalam persiapan dan pelaksanaan upacara, anak-anak dan remaja belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam.
5. Harmoni antara Manusia dan Alam
Nyaji mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kebahagiaan: hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Melalui tradisi ini, masyarakat diajak untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.