I Made Subandi. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Bali kehilangan seniman kerawitan yang multitalenta, yakni I Made Subandi. Subandi berpulang pada Senin (16/10) malam, mengejutkan keluarga, para sahabat dan kolega.

Ucapan belasungkawa atas kepergiannya banyak menghiasi media sosial. Adik kandung Subandi, I Nyoman Sunarta mengatakan, almarhum akan diaben tanggal 23 Oktober 2023.

Kepergian I Made Subandi dibenarkan seniman Ketut Lanus. Lanus yang dosen Univeritas PGRI Mahadewa Indonesia, Bali itu mengaku kehilangan sosok seniman yang selalu ceria dan lucu dalam situasi apapun. “Subandi sosok yang mudah bergaul dan polos, tapi dalam hal musikalitas sangat cerdas. Daya improvisasinya sangat tinggi,” ujar Lanus.

Baca juga:  Pantai di Gianyar "Diserang" Sampah Akar Bambu

Sementara itu, berbagai sumber menyebutkan, I Made Subandi yang lahir Februari 1966 di Batubulan, Gianyar, adalah seorang komposer dan pemain gamelan. Subandi merupakan seniman musik, komposer multi talenta dan kolaborator global art yang banyak menginspirasi peminat dan praktisi musik kontemporer.

Awalnya ia belajar kerawitan dari ayahnya, penabuh dan pemain gender wayang, I Made Dig, kemudian melanjutkan pendidikan seni di SMKI  tahun 1985-1988, dan lanjut STSI (1989-1993). Karya-karya Subandi antara lain Bajramusti (1997). Pada tahun 1999, selama residensinya dengan Gamelan Sekar Jaya , ia menggubah soundtrack untuk film bisu Legong: Dance of the Virgins tahun 1933 bersama komposer Amerika Richard Marriott , mencetak musik untuk gamelan Bali, kuartet gesek, terompet, dan klarinet. Ia juga pernah berkolaborasi dengan trio Belanda Boi Akih dan ansambel Amerika Club Foot Orchestra.

Baca juga:  Aksi  Pungut Sampah Plastik Serentak di Gianyar

Subandi terkenal karena eksperimennya. Michael Tenzer menggambarkannya sebagai salah satu dari sedikit komposer yang “telah mencapai terobosan mendasar dan sadar diri dari bentuk tabuh kreasi di masa lalu”. (Subrata/balipost)

BAGIKAN