Rangkaian Kereta Cepat Whoosh di Depo Tegalluar, Kabupaten Bandung. (BP/Ant)

BANDUNG, BALIPOST.com – Setelah sekitar lima tahun dalam proses pembangunan, pada 2 Oktober 2023, kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang kini bernama Whoosh, akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Kereta yang disebut memiliki sistem dan teknologi sama dengan negara pembuatnya yakni China ini akan beroperasi di atas rel bebas hambatan dengan kecepatan perjalanannya bisa mencapai 350 kilometer/jam.

Fasilitas transportasi ini akan menjadi tonggak baru transportasi dua kota besar di Indonesia itu. Dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (1/10), dengan kehadiran kereta cepat yang dibangun dan dioperasikan oleh konsorsium dua negara PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perjalanan Bandung dan Jakarta akan menjadi semakin beragam serta mengubah gaya perjalanan masyarakat antarkota tersebut menjadi lebih lancar dan efisien.

Bahkan, hadirnya kereta cepat ini, diklaim akan mengurangi kemacetan di jalan raya baik di Kota Bandung, di Kota Jakarta, atau di antara keduanya yang berjarak sekitar 145 kilometer tersebut.

Pengoperasian kereta cepat yang bisa melaju di atas 300 km/jam, perjalanan antara kota Bandung dan Jakarta dari yang biasanya menghabiskan waktu berjam-jam, kini hanya berlangsung sekitar satu jam kurang. Hal ini akan mendukung adanya peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi menuju transportasi publik.

Perjalanan dalam kota

Dengan kecepatan yang sampai 350 kilometer/jam, Whoosh bisa menghabiskan waktu sekitar 45 menit dalam satu kali perjalanan antara Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung hingga Stasiun Halim di Jakarta Timur.

Waktu tersebut, dengan mengesampingkan dua pemberhentian di antara Tegalluar dan Halim, yakni Stasiun Padalarang dan Stasiun Karawang yang memang pada periode uji coba berpenumpang. Pada periode ini Stasiun Karawang tidak dijadikan perhentian, sementara di Padalarang berhenti sekitar lima menit.

Pada periode uji coba, kereta cepat Whoosh bisa mencapai kecepatan sampai 350 km/jam di sekitar jalur antara Padalarang dan Karawang yang memang memiliki jarak paling jauh di sepanjang jalur.

Dengan kondisi demikian, jika kita mempertimbangkan waktu berhenti di Stasiun Padalarang dan Stasiun Karawang nantinya, kemungkinan waktu perjalanan akan sedikit lebih panjang. Perjalanan antara Stasiun Tegalluar ke Stasiun Halim atau sebaliknya menghabiskan waktu sekitar 60 menit atau satu jam.

Baca juga:  Dari Dua Kasus Varian Baru Terdeteksi di Bali hingga Puluhan Ribu Orang Sudah Tinggalkan Bali lewat Gilimanuk

Jika dibandingkan dengan perjalanan melalui jalan raya, waktu perjalanan sekitar satu jam tersebut, sebanding dengan perjalanan dari Stasiun Cimindi di bagian Barat Kota Bandung ke Tugu Batas Kota-Kabupaten Bandung di Cibiru, yang terletak di bagian timur Kota Bandung, atau dari Terminal Ledeng di utara Bandung, ke kawasan Gerbang Tol Buahbatu di selatan Kota Bandung.

Selama perjalanannya, tidak terasa getaran sama sekali meski kereta api melaju dengan kecepatan sampai 350 km/jam.

Dari segi tarif, perjalanan menggunakan kereta dengan sistem Chinese Train Control System (CTSC) level 3 yang pertama di luar negara produsennya ini terbilang kompetitif dibandingkan dengan moda transportasi lainnya yang ada saat ini.

Meskipun belum pasti, namun ada perkiraan ongkos perjalanan kereta cepat Whoosh ini dalam sekali perjalanan adalah sekitar Rp250.000 untuk kelas termurah (ekonomi premium) sampai yang termahal adalah Rp350.000 (kelas utama).

Dengan tarif sebesar itu, menjadikan Whoosh sebagai moda transportasi umum termahal antara Jakarta-Bandung dibandingkan moda lainnya seperti bus (Rp75.000-Rp100.000), travel (Rp120.000-160.000), kereta api (Rp150.000-Rp250.000). Tapi menggunakan kereta cepat memiliki keuntungan lebih hemat waktu perjalanan serta bisa menikmati fasilitas yang lengkap dan nyaman.

Jika menggunakan mobil pribadi, biaya yang harus dikeluarkan relatif sama, yakni biaya bahan bakar sekitar Rp200 ribu, ditambah biaya tarif tol sekitar Rp120 ribu. Namun demikian, kelancaran perjalanannya sangat bergantung pada kondisi lalu lintas di tol dan jalan arteri. Apabila dalam kondisi lancar, perjalanan biasanya membutuhkan waktu 2,5 jam hingga tiga jam perjalanan.

Aksesibilitas

Dengan berbagai variabel yang ada, kereta cepat Whoosh menjadi alternatif pilihan bagi pelaju dalam perjalanan antara dua kota besar ini dengan tawaran efektivitas waktu serta fasilitas yang ditawarkan.

Namun begitu, perlu diketahui bahwa stasiun-stasiun dari jalur kereta cepat ini memiliki letak yang agak di pinggiran kota, baik itu di Bandung ataupun di Jakarta, dengan pertimbangan untuk mengantisipasi perkembangan kawasan sekitar stasiun.

Dengan kondisi itu, masih dibutuhkan perjalanan lanjutan dari stasiun ke tujuan akhir. Hal ini membutuhkan peran dari berbagai pihak untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses stasiun kereta cepat.

Baca juga:  Dugaan Gratifikasi Wamenkumham, UGM Serahkan ke KPK

Dari empat stasiun yang ada, memiliki tingkat kemudahan aksesibilitas yang berbeda-beda, dengan Stasiun Halim memiliki akses paling banyak dan terbilang paling siap.

Stasiun yang ada di Jakarta Timur tersebut, ada akses ke Jalan DI Pandjaitan, kemudian disiapkan gerbang tol Halim Km 1+842, integrasi LRT Jabodebek, feeder (pengumpan) BRT Transjakarta dan BRT JR Connexion, feeder shuttle dari Bandara Halim, dan microtrans.

Stasiun berikutnya yang memiliki akses baik adalah Stasiun Padalarang yang terletak di Kabupaten Bandung Barat dengan memiliki integrasi Stasiun Kereta Padalarang yang tersedia kereta feeder tujuan Cimahi dan Kota Bandung, akses Jalan Nasional Padalarang, akses Jalan Provinsi Padalarang-Cisarua, serta disiapkan akses Jalan Tol ruas Gedonglima dan Panaris.

Stasiun berikutnya adalah Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung yang merupakan pemberhentian akhir dari kereta cepat, di mana cukup banyak yang disiapkan untuk aksesibilitas Stasiun ini, yakni Jembatan Cibiru Hilir yang menghubungkan dengan kawasan Gedebage Bandung, exit tol KM 151 A arah Cileunyi, drop zone tol KM 151 B arah Bandung, koneksi Stasiun Kereta Cimekar dan Gedebage, serta shuttle bus.

Sementara untuk Stasiun Karawang, aksesnya tengah dikerjakan yakni Jalan Kawasan THK dan Deltamas, serta exit tol KM 42 Jakarta-Cikampek, dengan moda transportasi kemungkinan shuttle bus.

Namun hingga kini, akses di Stasiun Tegalluar dan Karawang tampaknya masih belum siap sepenuhnya. Untuk Stasiun Tegalluar, yang tersedia baru jembatan Cibiru Hilir dan shuttle bus oleh Perum Damri dengan tujuan pool Damri Gedebage, dan shuttle bus menuju mal Summarecon Bandung yang dioperasikan Big Bird. Sementara di Karawang PT KCIC masih terus mengusahakan akses yang mumpuni.

“Untuk Shuttle bus sudah ada fasilitasnya di stasiun, kemudian jembatan juga sudah diresmikan beberapa waktu lalu. Sementara yang lainnya sedang kami terus kerjakan termasuk integrasi dengan Stasiun Kereta Cimekar dan Gedebage. Sedangkan untuk Karawang sedang dibangun jalan kawasan dan jalan akses tol ke depannya. Ketika jalan kawasan sudah jadi akan kerjasama dengan perusahaan otobus (PO),” kata Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa beberapa waktu lalu.

Baca juga:  Antisipasi Dampak Tensi Geopolitik, Optimalisasi Penerbangan

Akses kereta cepat di wilayah Bandung Raya sendiri menjadi perhatian Presiden Joko Widodo saat menggelar rapat terbatas dengan memanggil Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin ke Istana Presiden pada Rabu (27/9). Presiden memberikan instruksi agar Pemprov Jabar segera melakukan langkah-langkah pengintegrasian, terutama dari Stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung untuk memudahkan masyarakat.

Sampai saat ini Stasiun Tegalluar belum terkoneksi dengan moda transportasi publik apapun termasuk angkutan kota. Padahal di sekitarnya ada dua stasiun kereta yang cukup dekat yakni Stasiun Gedebage yang berjarak 5,8 km, bahkan Stasiun Cimekar lebih dekat dengan jarak 2,8 kilometer.

Menindaklanjuti hal tersebut, PT KAI Daop 2 Bandung mengungkapkan bahwa dari stasiun kereta cepat Tegalluar kini telah terintegrasi dengan Stasiun Gedebage dengan menggunakan shuttle bus dari pihak Perum Damri, sementara untuk stasiun Cimekar yang lebih dekat memang diakui belum terkoneksi selain dengan ojek konvensional atau daring.

“Untuk integrasi sudah diakomodir sebetulnya dengan ada shuttle dari Tegalluar ke Stasiun Gedebage oleh Damri, dan dari sana bisa menggunakan KA lokal. Namun memang belum maksimal (tidak ada feeder kereta). Untuk Cimekar aksesibilitasnya masih lebih susah meski dekat. Sementara untuk koneksi berbasis rel memungkinkan, tapi tidak dalam waktu dekat,” ucap Manajer Humas PT KAI Daop 2 Bandung Mahendro Trang Bawono, Jumat (29/9).

Menurut Mahendro, yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah jalan akses dari Tegalluar baik ke Stasiun Cimekar dan Gedebage, ataupun ke tujuan lainnya sebagai pendukung moda transportasi ke berbagai kawasan di Bandung Raya, mengingat jalur yang ada kurang mumpuni. Jangan sampai shuttle-nya memiliki waktu tempuh lebih lama dari kereta cepat.

Dengan berbagai kondisi yang ada, Kereta Cepat Whoosh yang segera akan beroperasi, masih memiliki tantangan. Hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi PT KCIC serta pemerintah dalam memaksimalkan kehadiran moda transportasi baru di Indonesia tersebut. Kereta cepat yang dibanggakan sebagai yang pertama di Asia Tenggara ini diharapkan bisa beroperasi secara maksimal serta dapat sebagai penggerak perekonomian baik di Jawa Barat, dan secara umum di Indonesia. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN