Beberapa Anak Almarhum Marayana mendoakan Sang Ayah pada selasa (18/4). (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Masyarakat di Kabupaten Buleleng pasti mengenal I Gede Marayana. Marayana dikenal sebagai sosok penyusun kalender Bali.

I Gede Marayana berpulang ada Senin (17/4), di RS Balimed Singaraja. Almarhum divonis mengidap Pneumonia yakni sakit infeksi paru-paru.

Ditemui di rumah duka, di Desa Baktiseraga,nSingaraja, anak pertamanya Ni Luh Putu Sri Mahartini menuturkan belakangan ini kondisi sang ayah memang menurun drastis. Sebelum almarhum berpulang juga sempat dirawat di RS Kertha Usada Singaraja.

“Bapak sempat kita rawat inap di RS Kertha Usada Buleleng. Keesokan harinya diizinkan pulang ke rumah. Namun  sesampainya di rumah, sakitnya kambuh lagi. Kami berunding Kembali,sehingga memutuskan untuk merujuk ke RS Balimed,” tuturnya.

Baca juga:  Dari Pelajar Pembobol Rumah Diringkus hingga Kabupaten Ini Jadi Penyumbang Pasien COVID-19 Sembuh Terbanyak

Marayana dinyatakan meninggal oleh dokter pada pukul 16.49 WITA. Kabar berpulangnya almarhum pun langsung menyebar dan ramai di media sosial.

“Kita sempat melakukan upacara pengulapan di rumah pas bapak pulang dari RS Kertha Usada. Belum sempat lama di rumah tiba-tiba kambuh. Langsung kami rujuk ke Rs Balimed. Di sana sempat diobservasi namun bapak sudah tidak tertolong lagi. Kami tidak menyangka secepat ini bapak berpulang,” lanjutnya.

Lanjut Sri, sang ayah merupakan pekerja keras. Kesehariannya didedikasikan menyusun kalender.

Pascakepergiannya tampaknya tidak ada lagi penerus yang akan melanjutkan dedikasinya menyusun dan melestarikan bahasa, sastra dan Aksara Bali.

Baca juga:  Tambahan Warga Terpapar COVID-19 Capai Rekor Lagi! Penyumbang Terbanyaknya Masih Sama

“Kita akui bapak memang pekerja keras. Setiap hari kerjanya ya selain nyusun juga menyempatkan diri mengajar di kampus. Kebetulan bapak juga sebagai dosen di STKIP Agama Hindu Singaraja. Untuk sekarang nampaknya dari anak bahkan cucunya belum ada minat kesana. Kita sudah ada kesibukan masing-masing,” tambahnya.

Perjalanan hidup Marayana terbilang cukup susah. Di masa remajanya ia pernah sebagai penjual rumput bahkan menjadi kusir kuda di tahun 70-an.

Hal tersebut dilakukan lantaran tuntutan biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Bahkan sebelum berpulang, pria kelahiran 7 maret 1948 ini juga bercita-cita melanjutkan kuliah S3.

Baca juga:  Wisdom Mulai Meningkat ke Bali, Pengamanan Diperketat

“Dulu bapak sempat menjadi pedagang rumput, kusir kuda. Hal ini dikarenakan dulu kakek saya tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah. Jadi bapak usaha sendiri mencari bekal untuk bisa bersekolah,” ucapnya.

Belum lama ini ia juga menerima penghargaan khusus sebagai pencetus diagram pengalantaka. Pangalantaka dalam sistem penanggalan Bali merupakan dasar penentu hari Purnama-Tilem yang merupakan upacara umat hindu di Bali.

Marayana akan diaben pada Selasa 25 April 2023 di Setra Desa Adat Baktiseraga, Kecamatan Buleleng. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN