I Wayan Suarmaja, S.Pd.B. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali V telah dilaksanakan sebulan penuh pada Februari 2023. Penutupan dilakukan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster yang ditandai dengan peluncuran tema Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024, yaitu “Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga”.

Meskipun telah berjalan sukses, namun untuk meningkatkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali berikutnya perlu dilakukan evaluasi. Sehingga, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 nanti jauh lebih baik dari tahun ini.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, I Wayan Suarmaja, S.Pd.B., mengatakan penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali V selama sebulan penuh “mekupuk” (masif) di tengah masyarakat Bali. Mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa, bahkan ke tingkat prejuru desa adat antusias mengikuti berbagai lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali V.

Ini menandakan bahwa penggunaan dan pelestarian bahasa dan akasara Bali semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, di tingkat sekolah penggunaan Bahasa Bali semakin masif digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Sebelumnya, anak-anak sekolah jarang menggunakan Bahasa Bali sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.

Namun dengan penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster penggunaan Bahasa Bali semakin masif digunakan dalam komunikasi sehari-hari,” ujar Wayan Suarmaja dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Evaluasi Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023” di Warung Coffee 63 A Denpasar, Rabu (8/3).

Baca juga:  Sangat Tepat, Gubernur Koster Sosialisasikan Program Lewat Seni Tradisi

Bagi Penyuluh Bahasa Bali, dikatakan bahwa penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali sebagai ajang untuk memberikan pendampingan sekaligus pembinaan yang lebih di tengah masyarakat terkait bagaimana penggunaan Bahasa dan Aksara Bali yang baik dan benar. “Berdasarkan pantauan yang kami temukan, lomba Bulan Bahasa Bali yang paling banyak diminati untuk ditonton yaitu lomba tingkat anak usia dini dan ibu-ibu PKK. Dan yang terbaru adalah lomba pidarta tingkat prajuru desa adat yang antusias diikuti. Banyak hal-hal yang baru ditemukan dari penyelenggaraan Bulan Bahas- Bali selama sebulan penuh ini,” tandasnya.

Tim Kurator Bulan Bahasa Bali Provinsi Bali, Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum., mengapresiasi langkah Gubernur Bali, Wayan Koster yang secara konsisten menyelenggaran Bulan Bahasa Bali setiap tahunnya. Apalagi, dari 38 Provinsi yang ada di Indonesia hanya Provinsi Bali yang menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali.

Baca juga:  Pertanian Organik untuk Ekonomi Kerthi Bali
Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum. (BP/win)

Menurutnya, ini merupakan langkah Gubernur Koster dalam upaya mempertahankan dan merevitalisasi bahasa daerah melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018. Meskipun daerah lainnya di Indonesia memiliki penutur-penutur bahasa yang besar. “Dari sinilah usaha nyata dari Pemerintah Daerah Provinsi Bali untuk melakukan pemetahanan dan revitaliasai Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu masyarakat Bali. Apalagi, ada isu kepunahan bahasa di dunia yang jumlahnya 7.000 bahasa lokal, dan Indonesia mempunyai 718 bahasa lokal. Jadi, 10 persen bahasa lokal di dunia disumbangkan oleh Indonesia,” ujar Guna Yasa.

Dikatakan, dari 718 bahasa lokal yang dimiliki Indonesia tidak luput dari pengaruh dinamika global. Dimana, ada 11 bahasa daerah di Indonesia yang sudah mengalami kepunahan. Hal ini disebabkan karena jumlah oebutur bahasa daerahnya yang semakin sedikit.

Di samping juga karena generasi muda gengsi menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan sehari-hari. Dan penyebab yang paling penting adalah pernikahan antar-etnis. “Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali ini berusaha menjawab tantangan itu. Sebab, kegiatannya dilakukan berjenjang, sehingga pemertahanan dan revitalisasi Bahasa Bali bergerak dari hilir ke hulu, menyasar pemetahanan dan revitalisasi bahasa dari akar rumput. Secara otomatis bahasa Bali bangkit dari dalam keluarga,” tandasnya.

Baca juga:  Keluar Bali, Ribuan Motor Padati Gilimanuk

Lebih lanjut dikatakan, dari 1.493 desa adat masih ada 21 desa adat yang tidak melaksanakan Bulan Bahasa V Tahun 2023. Oleh karena itu, diharapkan pada pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 seluruh desa adat di Bali menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali. Sehingga, pemertahanan dan revitalisasi bahasa dan aksara Bali semakin masif di tengah masyarakat Bali.

Wakil Ketua I Teater Angin SMAN 1 Denpasar, Wayan Teruna Yoga mengatakan sejak dilaksanakannya Bulan Bahasa Bali Teater Angin saat mengikuti lomba drama modern mulai secara perlahan menggunakan Bahasa Bali. Tidak lagi menggunakan bahasa campuran (perpaduan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali) di dalam berdialog.

Wayan Teruna Yoga. (BP/win)

Menurutnya, melalui penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali ini sangat baik untuk menumbuhkembangkan pengembangaan dan pelestarian bahasa dan aksara Bali bagi generasi muda di tengah era globalisasi. Apalagi, bagi Yoga berbahasa Bali di era teknologi informasi yang pesat saat ini sangat keren. (Winatha/balipost)

BAGIKAN