Presiden Joko Widodo memberikan keterangan usai membuka Rakernas Program Bangga Kencana dan Penurunan Stunting di Jakarta, Rabu (25/1/2023). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Masalah kekerdilan pada anak atau stunting bukan hanya urusan tentang tinggi badan. Tetapi juga kemampuan kognitif dan kekebalan tubuh pada anak.

“Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Nasional Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) dan Penurunan Stunting di Jakarta, Rabu (25/1).

Jokowi menginstruksikan, target menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di 2024 harus bisa dicapai. Dengan kerja bersama, menurut dia, pencapaian target tersebut tidaklah sulit. “Asal semuanya bekerja bersama-sama. Karena kita kalau di ASEAN ini (peringkat stunting) masih berada di tengah-tengah; 21,6 persen itu di tengah-tengah, tapi nanti kalau sudah masuk ke 14 persen baru kita berada di bawahnya Singapura sedikit,” jelasnya sepertui dikutip dari kantor berita Antara, Rabu.

Baca juga:  KPK Klarifikasi Soal Firli Bahuri Minta BAP Kasus Dugaan Suap Walikota Tanjungbalai

Berdasarkan laporan menteri kesehatan, persentase stunting tertinggi terjadi di lima provinsi, yakni Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara. Namun, jika dihitung secara jumlah, persentase terbanyak ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten.

Jokowi mengatakan, apabila jumlah tersebut bisa dimiliki berdasarkan nama dan alamat, maka penyelesaian masalah itu bisa mudah karena sasarannya menjadi jelas. “Karena yang saya lihat di Sumedang, aplikasi platform itu bisa memonitor per individu, kebutuhannya apa, bisa dicek semuanya lewat platform yang dimiliki. Jadi, mestinya kita harus secepatnya secara nasional memiliki itu, sehingga tembakannya jelas, sasarannya menjadi jelas,” tegasnya.

Baca juga:  Raker Komisi I DPR RI Bahas Modernisasi Alutsista

Dia mengingatkan jumlah balita di Tanah Air tidak sedikit yakni mencapai 21,8 juta. Namun, jumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Indonesia belum merata, dengan jumlah 300.000 posyandu dan 10.200 puskesmas.

Jika infrastruktur kesehatan bisa digerakkan dengan betul, katanya, maka persoalan stunting akan mudah diselesaikan. “Problem-nya, puskesmas tidak tersebar merata di seluruh Tanah Air. Ada satu kecamatan (punya) tujuh (puskesmas), satu kecamatan (punya) dua (puskesmas). Pemerataan ini yang perlu dilihat,” ujar Presiden Jokowi. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Hakim Agung Tersangka Korupsi, Presiden Tegaskan Urgensi Reformasi Hukum
BAGIKAN