Suasana pujawali di Pura Dalem Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar bertepatan dengan Hari Suci Kuningan, Sabtu (14/1/2023). (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pujawali di Pura Dalem Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar bertepatan dengan Hari Suci Kuningan, Sabtu (14/1). Pujawali kali ini berlangsung (nyejer) hingga Selasa (17/1).

Pelaksanaan persembahyangan sudah terlihat mulai ramai sejak Sabtu siang. Hingga Minggu (15/1) pagi kondisinya juga terlihat ramai pemedek.

Pada puncak bhakti pujawali, hadir Gubernur Bali, Wayan Koster, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana. Tampak hadir pula Panglingsir Puri Kesiman, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana, Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Widnyani Wiradana.

Baca juga:  Perayaan Kuningan, Simak Sejumlah Faktanya

Diiringi suara kidung dan gender wayang, pelaksanaan upakara diawali dengan sesolahan Tari Topeng Wali, dilanjutkan dengan Tari Rejang Dewa. Puncak Pujawali dilaksanakan dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa, Griya Tegal Sari, Denpasar dan Ida Pedanda Budha Jelantik Giri, Griya Gunung Sari, Ubud.

Panglingsir Puri Kesiman, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana didampingi IB Gede Pidada selaku Prawartaka Karya menjelaskan, pelaksanaan pujawali di Pura Sakenan Kota Denpasar kali ini kembali dilaksanakan dengan normal lantaran sudah dicabutnya PPKM. Namun demikian, secara tattwa, pelaksanaan pujawali tetap berlangsung sebagaimana tahun sebelumnya.

Baca juga:  Selain Seroja, Bali Diminta Waspadai Dampak Siklon Tropis Ini

Masyarakat yang hadir diharapkan untuk tetap menerapkan prokes dan tidak menggunakan plastik sekali pakai. “Secara tatwa pelaksanaan upakara tetap sama, dan untuk tahun ini tidak dilaksanakan pembatasan sebagaimana tahun sebelumnya, sehingga dalam pujawali Ida Bhatara Nyejer selama 3 hari, hal itu karena PPKM sudah resmi dicabut, namun pemedek diharapkan tetap disiplin dan tidak menggunakan plastik sekali pakai,” ujarnya.

Jaya Negara didampingi Arya Wibawa usai persembahyangan mengatakan bahwa pelaksanaan piodalan ini dilaksanakan sebagai wujud sradha bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk menciptakan kerahayuan jagat. Karenanya sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, utamanya krama untuk menjadikan ini sebagai sebuah momentum dalam menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. (Asmara Putera/balipost)

Baca juga:  Perayaan Rahina Tumpek Krulut Untuk Pelestariaan Nilai Kearifan Lokal Bali
BAGIKAN