Petugas kebersihan menyapu di dekat tenda yang didirikan BPBD setempat di halaman RSUD Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (14/12/2022). Pemasangan dua tenda darurat tersebut untuk mengantisipasi gempa susulan menyusul terjadinya gempa bumi dengan magnitudo 5,2 yang mengguncang Kabupaten Karangasem, Bali, pada Selasa (13/12/2022), pukul 18.38 WITA. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kejadian gempa bumi di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, terjadi akibat aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik. “Sesar itu membentang di utara Bali, Nusa Tenggara Barat hingga Flores dan pernah mengakibatkan gempa bumi dahsyat pada tahun 2018,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (14/12).

Berdasarkan analisis geologi yang dilakukan oleh PVMBG, wilayah Karangasem pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api.

Baca juga:  Gempa Turun Drastis, PVMBG Justru Khawatir

Litologinya tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff, batuan jatuhan gunung api). Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.

Endapan kuarter tersebut bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.

Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah hingga tinggi. Wilayah pantai di utara Kabupaten Karangasem tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari dua meter.

Baca juga:  Gunung Agung Erupsi, Kolom Abu 1.000 Meter

Hendra merekomendasikan agar bangunan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi. “Oleh karena Kabupaten Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural,” ujarnya.

Pada 13 Desember 2022, pukul 04.14 WIB, gempa bumi berkekuatan 5,2 magnitudo pada kedalaman 10 kilometer mengguncang Kabupaten Karangasem, Bali.

Baca juga:  Diperpanjang, Status Darurat Marapi

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian gempa bumi itu dimulai dengan gempa bumi awal dan juga terjadi gempa bumi susulan.

Stasiun BMKG mencatat gempa bumi awal terjadi pada 13 Januari 2022 pukul 16:56 WIB dan 17:00 WIB dengan kekuatan 4,8 magnitudo dan 4,7 magnitudo, serta gempa bumi susulan pukul 22:32 WIB sebesar 3,3 magnitudo. Pada 14 Desember 2022 pukul 03:17 WIB, BMKG kembali merekam gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Karangasem dengan kekuatan 3,9 magnitudo. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN