Bupati Tabanan dan Forkopimda mengenakan busana tokoh pewayangan dalam Parade Budaya Nusantara, Minggu (27/11). (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Dua tahun geliat seni budaya ‘tertidur’ akibat dampak Covid-19, Pemerintah Kabupaten Tabanan mencoba membangunkan kembali melalui Parade Budaya Nusantara serangkaian HUT ke-529 Kota Tabanan, Minggu (27/11). Bupati dan Wakil Bupati Tabanan beserta jajaran Forkopimda, termasuk para pimpinan OPD mengenakan busana tokoh pewayangan.

Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya mengatakan, keikutsertaan pucuk pimpinan di lingkungan Pemda Tabanan dalam Parade Budaya Nusantara ini tak lain mengandung makna mewujudkan rasa kebersamaan antara pemimpin dengan masyarakat untuk bisa menjadi satu kesatuan. Sehingga, kolaborasi membangun Tabanan menuju Tabanan Era Baru bisa terwujud.

Baca juga:  Miris! Lomba Buat Badong Hanya Diikuti Denpasar

“Jadi tidak hanya menonton parade, namun juga ikut merasakan bagaimana ditonton oleh masyarakat, ternyata menjadi seniman itu susah saat berparade mengenakan pakaian yang cukup lumayan berat, bahkan ada yang menyiapka diri sejak pagi. Disini kami sangat apresiasi para seniman ketika tampil memeriahkan event apapun,” ucapnya.

Bertepatan dengan parade budaya ini, diluncurkan tari kebesaran Jayaning Singasana AUM, yang ide atau gagasan tarinya dari Bupati Sanjaya. Dalam Parade Budaya Nusantara kali ini warga berkesempatan menyaksikan aneka tarian tradisional dan pakaian tradisional dari gabungan lima kecamatan khas pegunungan dan empat kecamatan khas pesisir. Juga ada barisan Tulup Empet Puri Tabanan, pawai ogoh-ogoh lambing daerah, parade barong unik, namun juga kesenian budaya dari luar daerah Tabanan seperti Reog Ponorogo dan Gandrung Banyuwangi.

Baca juga:  Ini, Tiga Alasan Candi Prambanan Merupakan Mahakarya Inspirasi Indonesia

Anggaran HUT disiapkan kali ini sebesar Rp1,9 miliar. Angka ini hampir sepuluh kali lipat anggaran tahun lalu.

Sebelumnya, di 2021, anggaran HUT Kota Tabanan hanya Rp200 juta. Perayaannya pun digelar secara sederhana karena angka kasus COVID-19 kala itu masih tinggi. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN