Penandatanganan JSA oleh Chevron New Energies International Pte. Ltd., Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE), dan Keppel New Energy Pte. Ltd. pada B20 di Bali. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Sebuah Joint Study Agreement (JSA) untuk mengeksplorasi proyek pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau tertentu, dengan menggunakan energi terbarukan yang lokasi utamanya berada di Sumatera, Indonesia, ditandatangani pada Jumat (11/11) di Nusa Dua, Badung, Bali. Penandatangan JSA antara Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE), Keppel Infrastructure, melalui Keppel New Energy Pte. Ltd., dan Chevron Corporation (NYSE: CVX), melalui Chevron New Energies International Pte. Ltd. ini dilakukan di Business 20 (B20) Investment Forum, yang diadakan menjelang B20 Summit di Bali.

Hadir dalam kegiatan penandatanganan, CEO Pertamina NRE, Dannif Danusaputro; Director Keppel New Energy, Pte., Ltd., Yong-Hwee CHUA dan Director Chevron New Energies International, Pte., Ltd Andrew S Mingst. Penandatanganan disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan; Menteri Investasi Indonesia sekaligus Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia; Presiden Direktur & CEO PT Pertamina (Persero) sekaligus Ketua Satuan Tugas B20 Energy, Sustainability and Climate, Nicke Widyawati; dan CEO Keppel Infrastructure, Cindy Lim.

Baca juga:  Hingga April, Stok Beras Mencapai 10,2 Ton

Dikutip dari rilisnya, JSA ini bermaksud untuk menjajaki kelayakan pengembangan fasilitas hidrogen hijau, dengan kapasitas produksi minimal 40.000 ton per tahun yang didukung oleh setidaknya 250 – 400 MW energi panas bumi pada tahap awal. Fasilitas produksi hidrogen akan memiliki potensi untuk ditingkatkan hingga 80.000 dan 160.000 ton per tahun yang bergantung pada ketersediaan energi panas bumi serta permintaan pasar.

Menurut laporan International Energy Agency (IEA), Indonesia, yang merupakan negara dengan kepadatan penduduk terbesar ke-empat di dunia, memiliki rencana yang baik dalam mencapai net zero emission pada tahun 2060. Hidrogen dan amonia telah diidentifikasi sebagai bahan bakar rendah karbon yang merupakan bagian penting dari perencanaan ini.

Baca juga:  Karena Ini, Karyawan Perkebunan Karet CIPL Resah dan Merasa Diintimidasi

Amonia juga dapat digunakan untuk mengangkut hidrogen dan berpotensi untuk menggantikan bahan bakar minyak perkapalan (bunker fuel) sebagai solusi rendah karbon dalam industri maritim global. Indonesia yang memiliki sekitar 40 persen dari potensi sumber daya panas bumi dunia, memiliki peluang dalam pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber energi yang terpercaya dan stabil untuk menghasilkan amonia hijau atau hidrogen hijau.

CEO Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, mengatakan pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau memiliki peran penting dalam roadmap Net Zero Emissions Indonesia. “Dengan potensi tersebut, kami percaya bahwa Indonesia juga akan memainkan peran kunci dalam produksi hidrogen hijau di Asia. Kami sangat antusias dengan kolaborasi strategis ini karena kami percaya bahwa Keppel dan Chevron adalah perusahaan terkemuka yang memiliki visi yang sama dalam transisi energi seperti kami.”

Sementara itu, CEO Keppel Infrastructure, Cindy Lim, menyebut Indonesia adalah negara dengan sumber daya besar yang memiliki potensi energi terbarukan dan rendah karbon yang sangat tinggi. Pihaknya mengaku senang dapat bekerjasama dengan para pemimpin industri, Pertamina dan Chevron, untuk mengeksplorasi penggunaan perdana energi panas bumi dan energi terbarukan lainnya untuk mengembangkan proyek hidrogen hijau dan amonia hijau, mendukung upaya transisi energi Indonesia, serta mendukung investasi dalam rantai pasokan energi terbarukan di wilayah ini.

Baca juga:  Kenaikan Jumlah Pasien Positif Mingguan Cukup Tinggi, PPKM Diminta Jadi Upaya Tekan Laju Kasus

Austin Knight, Wakil Presiden Hydrogen, Chevron New Energies, mengatakan, pihaknya memiliki sejarah panjang beroperasi di Indonesia dan bekerjasama dengan Pertamina, serta memiliki hubungan kerja yang erat dengan Keppel Infrastructure. “Sebagai bentuk dari upaya ini, kita harus bekerjasama untuk mencari cara-cara baru yang inovatif agar dapat terus memproduksi dan mengantarkan energi yang semakin bersih untuk dunia yang terus berkembang,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN