Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 untuk disuntikkan pada penerima. (BP/Dokumen)

JAKARTA, BALIPOST.com – Vaksin “booster” penting untuk memperkuat perlindungan dari kesakitan terpapar COVID-19. Namun, pemberian vaksin ini hanya bisa dilakukan setelah 6 bulan memperoleh vaksin dosis lengkap. Demikian diungkapkan Epidemiolog Kamaluddin Latief, dalam rilisnya, Kamis (9/12).

Ia menjelaskan bahwa vaksin booster adalah dosis vaksin virus corona (COVID-19) untuk membantu dan memperkuat perlindungan yang dimiliki setelah mendapatkan 2 dosis pertama. Dosis booster ini berperan penting karena antibodi atau imunitas yang dibentuk oleh vaksin dapat turun atau berkurang seiring berjalannya waktu.

“Merujuk kepada data sementara dan adanya varian Delta dan (B.1.617.2) Omicron (B.1.1.529)
menegaskan pentingnya vaksinasi dan booster,” ujar Kamal.

Baca juga:  AS Dukung Keanggotaan RI Dalam OECD

Ia menjelaskan bahwa data menunjukkan peningkatan transmisibilitas varian Omicron dan efektivitas
vaksin terhadap COVID-19 mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh
perlindungan dari vaksin yang menurun seiring berjalannya waktu, serta tingkat infeksi yang lebih
besar dari berbagai varian tersebut, maka booster membantu memberi perlindungan jangka panjang
dan juga agar tidak sakit parah akibat COVID-19.

Kamal menjelaskan, kemunculan berbagai varian belakangan ini menegaskan pentingnya vaksinasi,
booster, dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dari COVID-19. Efektivitas yang
lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi penurunan perlindungan seiring berjalannya waktu sejak divaksinasi, serta infeksi yang lebih besar dari varian Delta.

Baca juga:  Dalam Seminggu, Kasus Omicron di Dunia Naik Dua Kali Lipat Lebih

Vaksin COVID-19 bekerja dengan baik untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian, bahkan terhadap varian Delta yang beredar luas.
“Namun, para ahli kesehatan masyarakat mulai melihat perlindungan yang berkurang, terutama di
antara populasi tertentu, terhadap penyakit ringan dan sedang,” ujarnya.

Kamal menjelaskan, belum banyak data tentang semua vaksin COVID-19 untuk mengetahui apakah
semua vaksin dapat dikombinasikan untuk dosis kedua dan booster. Dia mengakui, masih memerlukan
lebih banyak riset di masa depan untuk menjawab hal tersebut.

Baca juga:  Setelah 82 Hari Berjuang Melawan Covid-19, Pasien Ini Akhirnya Sembuh

Namun, apabila dosis kedua AstraZeneca tidak tersedia, WHO telah menyatakan bahwa dosis kedua Pfizer atau Moderna dapat digunakan. “Ada beberapa bukti bahwa orang yang menerima satu dosis AstraZeneca diikuti dengan dosis Pfizer atau Moderna memiliki kemungkinan efek samping ringan yang lebih tinggi,” katanya. (kmb/balipost)

BAGIKAN