Publikasi data stunting tahun 2025 Dinas Kesehatan di Ruang Rapat Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tabanan, Senin (22/12). (BP/istimewa)

TABANAN, BALPOST.com – Pemerintah Kabupaten Tabanan mencatat 579 balita mengalami stunting dari total 21.079 balita sasaran berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) per November 2025.

Angka tersebut setara 2,75 persen dengan cakupan pengukuran mencapai 100 persen di seluruh wilayah Kabupaten Tabanan.

Data resmi itu dipublikasikan dalam kegiatan Publikasi Data Stunting Tahun 2025 yang digelar Pemkab Tabanan melalui Dinas Kesehatan di Ruang Rapat Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tabanan, Senin (22/12). Publikasi ini bertujuan memastikan seluruh pemangku kepentingan memiliki rujukan data yang sama, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai dasar intervensi penanganan stunting.

Baca juga:  'Stunting' di Badung Terendah di Indonesia

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, dr. Ida Bagus Surya Wira Andi, menegaskan publikasi data stunting menjadi landasan utama dalam merancang langkah nyata di lapangan.

“Publikasi data stunting bukan hanya menyampaikan angka, tetapi menjadi dasar perencanaan dan pelaksanaan intervensi yang lebih tepat sasaran. Dengan data yang terbuka dan terukur, kami dapat memfokuskan penanganan pada desa-desa prioritas sesuai kondisi dan permasalahan yang dihadapi,” ujarnya.

Selain menyajikan data tingkat kabupaten, Pemkab Tabanan juga membuka data prevalensi stunting hingga tingkat kecamatan dan desa. Langkah ini sejalan dengan penguatan perencanaan pembangunan berbasis data agar program penanganan stunting dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing wilayah.

Baca juga:  Laju Pengangguran Bali Meningkat Tajam, Terutama Jenjang Pendidikan Ini

Dalam pemaparan data juga disampaikan dinamika prevalensi stunting di Kabupaten Tabanan. Tercatat, angka stunting sempat meningkat dari 6,3 persen pada 2023 menjadi 7,5 persen pada 2024. Namun pada 2025, prevalensi stunting mengalami penurunan menjadi 2,75 persen, menunjukkan mulai terlihatnya dampak positif dari berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah daerah, meski tetap perlu diperkuat dan dijaga keberlanjutannya.

Terpisah, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, percepatan penurunan stunting membutuhkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari perangkat daerah, kecamatan, desa, hingga peran aktif masyarakat, agar anak-anak Tabanan dapat tumbuh sehat dan optimal.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Lebih Tinggi dari Sehari Sebelumnya

Dalam forum tersebut, sejumlah desa turut menyampaikan tantangan penanganan stunting di lapangan, mulai dari persoalan pendataan, pola asuh anak, kondisi lingkungan, hingga faktor sosial ekonomi. Masukan ini menjadi bahan evaluasi penting dalam menyusun kebijakan dan intervensi yang lebih adaptif.

Penanganan stunting di Kabupaten Tabanan terus diarahkan sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) melalui kombinasi intervensi spesifik dan sensitif, seperti penguatan gizi ibu hamil, promosi ASI eksklusif dan MP-ASI sesuai standar, perbaikan sanitasi dan akses air bersih, pencegahan penyakit infeksi, serta edukasi pola asuh keluarga.(Puspawat/balipost)

 

BAGIKAN