Ilustrasi pesta kembang api saat malam tahun baru. (BP/Dokumen)

​GIANYAR, BALIPOST.com – Anggota DPRD Kabupaten Gianyar, Ida Bagus Gaga Adi Saputra, Minggu (21/12) mendesak pemerintah daerah untuk meniadakan pesta kembang api pada malam pergantian tahun, 31 Desember 2025.

Ajakan ini didasari atas rasa empati dan keprihatinan mendalam terhadap rentetan bencana alam yang melanda berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Bali.

​Pria yang akrab disapa Gus Gaga ini menilai bahwa menyelenggarakan pesta pora di tengah suasana duka merupakan bentuk paradoks sosial dan sikap yang nir-empati.

​Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Gianyar ini mengingatkan bahwa banjir bandang di Sumatera dan Aceh yang menelan ribuan korban jiwa belum sepenuhnya pulih. Di Bali sendiri, cuaca ekstrem telah memicu musibah di hampir seluruh wilayah, mengakibatkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur yang masif.

Baca juga:  Antisipasi Lonjakan Kasus COVID-19 di Libur Panjang, Luhut Sebut Pemerintah Lakukan Ini

​”Di satu sisi ada euforia, sementara di sisi lain ada tangis pilu warga yang berjuang bertahan hidup, kondisi ini dapat mencederai nilai kemanusiaan kita,” ujar tokoh asal Griya Kawan, Gianyar tersebut.

​Selain faktor moral, Gus Gaga menyoroti besarnya biaya yang dihamburkan untuk kembang api, yang diprediksi mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah di seluruh Bali.

Ia mengusulkan agar anggaran tersebut dialihkan untuk bantuan logistik warga terdampak bencana, pemberdayaan masyarakat miskin, pemenuhan kebutuhan dasar korban yang kehilangan tempat tinggal. “Dana tersebut jauh lebih bermanfaat untuk rakyat kecil daripada sekadar menjadi letupan cahaya sesaat di langit,” tegasnya.

Baca juga:  Bali Raih Penghargaan Terbaik, Ungguli Maladewa hingga Langkawi

​Imbauan ini juga sejalan dengan peringatan dini dari BMKG terkait ancaman cuaca ekstrem. Gus Gaga meminta masyarakat menghindari kerumunan di lokasi yang berpotensi bencana jika tidak ada kepentingan mendesak.

​Dari sisi budaya, ia menekankan bahwa kembang api bukanlah bagian dari tradisi lokal Bali. Penggunaannya dianggap bertolak belakang dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, yang saat ini menjadi fokus utama pemerintah daerah.

Baca juga:  Penggunaan PeduliLindungi akan Diperketat saat KTT G20 di Bali

​Menutup pernyataannya, Gus Gaga mengajak pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk menyambut tahun baru dengan sikap kontemplatif.

​Menurutnya, momentum pergantian tahun seharusnya menjadi ajang untuk mensyukuri keberkahan serta merenungkan segala kesalahan dan kealfaan diri di masa lalu, bukan justru menjadi panggung kemewahan dan hura-hura. (Wirnaya/balipost)

BAGIKAN