
SIDOARJO, BALIPOST.com – Jumlah korban selamat runtuhnya musala pondok pesantren (ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur bertambah. Hal ini disampaikan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya.
Menurut Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, Sabtu (4/10), jumlah korban selamat menjadi 104 orang setelah satu santri yang sebelumnya hilang, dilaporkan dalam kondisi selamat.
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Nanang mengatakan tambahan data tersebut berasal dari laporan wali santri pada Jumat (3/10), yang menyatakan bahwa satu santri tersebut menyelamatkan diri saat bangunan mushalla ambruk dan kemudian pergi ke rumah rekannya. “Jumlah total sekarang 118 orang, dengan rincian 14 meninggal dunia dan 104 selamat,” kata Nanang.
Ia menambahkan pada saat bangunan ambruk, santri tersebut lari keluar pondok dan menuju rumah rekannya. Santri tersebut dilaporkan hilang karena tidak memberikan informasi keberadaan dirinya kepada orangtua.
Orangtua dari santri tersebut, lanjutnya, berada di lokasi Ponpes Al Khoziny karena menduga korban tertimbun reruntuhan bangunan. Namun, pada hari Jumat (3/10), santri tersebut mendatangi ponpes, dan kemudian bertemu dengan orangtuanya.
“Kemarin ada santri satu datang atas nama Ibnu, dia dilaporkan hilang oleh orang tuanya. Orang tuanya menunggu di sini, waktu anaknya datang baru kami update data yang selamat,” katanya.
Sementara itu, hingga Jumat malam pukul 23:00 WIB, tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban meninggal dunia di sektor A4. Dengan demikian, total jumlah korban meninggal akibat ambruknya bangunan yang sebelumnya sebanyak 13 orang, menjadi 14 orang.
Proses pencarian, kata dia, masih difokuskan dengan membuka akses material reruntuhan menggunakan alat berat, namun tetap diawasi agar tidak membahayakan tubuh korban yang masih tertimbun.
Menurutnya, tim telah membongkar sekitar 60 persen material bangunan, meskipun pembongkaran dan pembersihan tersebut bukan tujuan utama dalam operasi tersebut.
“Tujuan utama bukan merobohkan seluruh bangunan, melainkan membuka akses untuk mempercepat evakuasi. Kalau sudah ada tanda-tanda korban, proses akan langsung dihentikan untuk dilakukan evakuasi,” ujarnya.
Selain itu, penggunaan ekskavator hanya difungsikan untuk membuka jalur dan bukan untuk mengangkat korban.
Tak hanya itu, lanjutnya, untuk memastikan keselamatan, setiap sektor dilengkapi petugas keselamatan yang memantau secara visual apabila ada indikasi korban.
Hingga kini, kata Nanang, laporan sementara dari wali santri menunjukkan masih ada 49 orang yang belum diketahui keberadaannya.
Namun, kata Nanang, data itu belum bisa dijadikan acuan pasti karena masih dimungkinkan adanya santri yang pulang tanpa memberi kabar.
“Seperti kemarin, ada laporan hilang, ternyata anaknya atas nama Ibnu asal Surabaya tidak berada di lokasi. Jadi angka 49 itu belum bisa dipastikan benar-benar akurat,” tuturnya.
Ia menegaskan operasi pencarian sesuai standar operasional berlangsung selama tujuh hari, dengan kemungkinan diperpanjang jika ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.
“Secara matematis, proses kemungkinan bisa selesai hari ini, maksimal besok, tetapi tetap bergantung pada situasi di lapangan,” kata Nanang. (kmb/balipost)