Aktivitas transaksi warga yang membeli kebutuhan pokok di Pasar Badung, Denpasar. Dari data BPS Kota Denpasar, pada Juli 2025, Kota Denpasar mengalami inflasi tahunan year on year sebesar 3.51 persen, dimana inflasi ini didorong kenaikan harga pada sepuluh kelompok pengeluaran. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali secara tahunan pada triwulan II/2025 tumbuh 5,95 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sementara secara q-to-q, pada triwulan II/2025 tumbuh sebesar 6,70 persen mengikuti pola musiman tahun-tahun sebelumnya.

Pemerhati ekonomi dari Undiknas University, Prof. Dr. IB. Raka Suardana, M.M., di Denpasar Selasa (5/8), mengatakan bila dievaluasi sektor penyumbang utama masih didominasi oleh pariwisata, akomodasi, makmin, serta transportasi yang merupakan cerminan pemulihan sektor pariwisata. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RT) cenderung stagnan, dan belanja pemerintah mengalami penurunan realisasi.

Investasi tetap menunjukkan tren positif, terutama pada sektor konstruksi dan properti pariwisata. Sementara itu, ekspor jasa turun tipis akibat pengaruh perlambatan kunjungan wisatawan dari beberapa negara mitra utama seperti Tiongkok dan Australia.

Kepala BPS Provinsi Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Selasa (5/8) mengatakan berdasarkan struktur PDRB dan pertumbuhan ekonomi, seluruh lapangan usaha tumbuh pada triwulan II 2025 (y-on-y), kecuali pertanian, kehutanan dan perikanan.

“Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum (akmamin) sebagai kontributor terbesar perekonomian Bali tercatat tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 13,93 persen,” katanya.

Baca juga:  Target Akhir 2022 Rampung, RSUP Sanglah akan Miliki Pusat Layanan Estetis

Lapangan usaha lain yang mengalami pertumbuhan tertinggi kedua dan ketiga adalah perdagangan besar dan eceran serta jasa perusahaan yang masing-masing tumbuh sebesar 8,61 persen dan 7,89 persen.

“Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat mengalami kontraksi sedalam 0,28 persen. Bila tidak kontraksi maka pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi,” katanya.

Diakui, pertanian satu-satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi. Kontraksi pertanian itu sebagian besar disebabkan  turunnya produksi komunitas utama yaitu padi. Selain itu, sektor usaha perikanan juga menunjukkan adanya penurunan.

Sementara bila berdasarlan lapangan usaha, kata dia, pada triwulan II 2025 (y-on-y), penyediaan akomodasi dan makan minum juga merupakan lapangan usaha yang menjadi sumber pertumbuhan terbesar ekonomi Bali, yakni 2,61 persen.

Diungkapkan bila melihat pola musim biasanya memang triwulan II menjadi triwulan dengan tingkat pertumbuhan yang paling cepat dibandingkan triwulan I. Triwulan I umumnya mengalami kontraksi. “Kenapa kontraksi karena pada triwulan 4 itu secara musiman pariwisata lebih bagus daripada triwulan satu,” ujarnya.

BPS Bali juga mencatat adanya peristiwa pada triwulan II/2025 di Bali. Pertama terkait aktivitas pariwisata dan konsumsi masyarakat. Dimana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawan nusantara meningkat masing-masing 16,74 persen dan dan 18,85 persen (yoy).

Baca juga:  Diluncurkan, Ini Logo dan Maskot Porprov Bali 2025 Serta Filosofinya

Sementara itu, Kepala Kanwil DJPb Provinsi Bali Muhammad Mufti Arkan mengatakan, DJPb juga mencatat perekonomian Provinsi Bali hingga akhir Juni 2025 menunjukkan kinerja yang positi. Stabilitas harga terjaga dengan baik, ditunjukkan oleh tingkat inflasi Bali pada Juni 2025 yang tercatat sebesar 2,94 persen yoy, di mana inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar 3,38 persen yoy, sementara inflasi terendah di Kabupaten Badung sebesar 2,11 persen yoy.

Sementara dilihat dari indikator kesejahteraan, sepanjang tahun 2020 hingga 2024 angka kemiskinan Provinsi Bali selalu berada di bawah angka nasional. Adapun pada September 2024 persentase penduduk miskin di Bali berada pada angka 3,80 persen di bawah angka nasional yang tercatat sebesar 8,57 persen.

Pembangunan manusia di Provinsi Bali juga terus mengalami kemajuan dari 2020 hingga 2024 yang tercermin pada Indikator Pembangunan Manusia (IPM). Sejak 2020, IPM Bali sudah terklasifikasi pada status “tinggi” (70<IPM <80).

Baca juga:  Usai Menjabat Bupati Gianyar, Ini Perasaan Mahayastra

Untuk IPM Bali juga terus berada di atas IPM nasional dan pada 2024 tercatat sebesar 77,76 meningkat 0,86 persen yoy di atas IPM Nasional (74,20).

Tingkat ketimpangan di Provinsi Bali tercatat cenderung menurun di periode September 2020 September 2024 pada kisaran 0,369 – 0,348. Rentang tersebut cukup jauh di bawah level nasional pada rentang 0,385 -0,381 sehingga terkategori pada tingkat ketimpangan sedang.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bali pada bulan Februari 2025 berada jauh di bawah TPT nasional dengan persentase sebesar 1,58 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Bali pada Juni 2025 tercatat sebesar 102,47, masih berada di atas angka 100 yang menandakan adanya surplus namun perlu ditingkatkan untuk mendukung kesejahteraan petani secara berkelanjutan.

Namun demikian, Nilai Tukar Nelayan (NTN) masih berada di bawah 100, yaitu sebesar 96,99. Kondisi ini mengindikasikan bahwa nelayan di Ball masih menghadapi tantangan, di mana pengeluaran operasional lebih besar dibandingkan pendapatan diperoleh. Adapun neraca perdagangan Bali masih surplus hingga bulan Juni 2025 yaitu sebesar U8$40.35 juta. (Suardika/bisnibali)

 

BAGIKAN