Putra Presiden Pertama RI Soekarno Guntur Soekarno berpose di samping karya fotonya usai konferensi pers pameran foto Gelegar Foto Nusantara di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (2/6/2025). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 550 foto karya fotografi Guntur Soekarnoputra yang diambil sejak tahun 1956 hingga 2025 mengangkat momen pendiri bangsa.

Dalam foto-fotonya tertuang semangat perjuangan dan gagasan besar Bung Karno tentang kemerdekaan, nasionalisme, dan pembangunan bangsa.

Foto-foto tersebut merekam berbagai momen penting, seperti upacara peringatan kemerdekaan, pertemuan dengan tokoh dunia, perubahan sosial politik pascakemerdekaan, serta keseharian keluarga Bung Karno dan interaksinya dengan masyarakat.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengajak publik luas dapat mengenang perjuangan pendiri bangsa seperti Soekarno hingga Mohammad Hatta dalam membangun negeri dengan menghadiri pameran foto bertajuk “Gelegar Foto Nusantara 2025”.

Pameran itu dapat dinikmati di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, menampilkan foto-foto tangkapan putra sulung Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra sejak 1956 yang menangkap berbagai peristiwa penting hingga wajah para tokoh publik dan masyarakat sehari-hari.

Baca juga:  Pimpinan DPR Proses Bambang Soesatyo sebagai Ketua DPR

“Pameran ini membuktikan bahwa fotografi adalah seni visual yang penting, terutama ketika dilakukan dalam kurun waktu panjang oleh putra Presiden Republik Indonesia. Jejak perjuangan Bung Karno, Bung Hatta, dan para pendiri bangsa yang terekam di sini harus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang,” ujar Menbud Fadli Zon di Jakarta, Sabtu (7/6) dilansir dari Kantor Berita Antara.

Pameran itu dibuka langsung oleh Presiden RI ke-5, Prof. Dr. (H.C.) Hj. Megawati Soekarnoputri yang menyebutkan bahwa pameran merekam perjalanan bangsa yang belum banyak diketahui publik termasuk momen penting seperti TAP MPRS No. 33 tentang lengsernya Soekarno.

Menurut Megawati, foto-foto tangkapan kakaknya itu diharapkan bisa menjadi pengingat bagi setiap generasi bahwa Republik Indonesia dibangun melalui perjuangan besar dan harus dijaga hingga masa mendatang.

“Republik Indonesia dibangun dengan perjuangan besar sehingga menjadi tanggung jawab kita untuk mengajarkan generasi muda agar bangga menjadi bagian dari Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dengan warisan kebudayaan yang tinggi dan kaya,” ujar Megawati.

Baca juga:  Intip Kisah BRInita di Jayapura, Urban Farming Jadi Gaya Baru Bertani di Lahan Sempit

Guntur mulai memotret sejak duduk di kelas enam Sekolah Rakyat (SR) dan membawa kameranya saat mengikuti kunjungan kenegaraan bersama sang ayah ke Amerika Serikat dan Eropa selama hampir satu bulan.

Dia menggunakan berbagai kamera, termasuk Kodak Baby Box, Olympus MD3, dan Hasselblad, hadiah dari Kedutaan Besar Uni Soviet. Kamera Hasselblad, yang awalnya dirancang untuk berburu, digunakannya untuk menghasilkan potret model dengan hasil berkualitas tinggi.

Melalui lensa-lensanya, Guntur tidak hanya menangkap momen pribadi, tetapi, juga merekam jejak sejarah bangsa. Pameran “Gelegar Foto Nusantara 2025” menjadi pameran foto kedua Guntur Soekarnoputra setelah pameran pertamanya pada November 1994 di Gedung Pameran Seni Rupa Depdikbud.

Baca juga:  "Tsunami" Omicron, Australia Catat Kumulatif 1 Juta Kasus COVID-19

Koleksi itu menghadirkan perspektif unik tentang sejarah Indonesia yang terekam melalui sudut pandang Guntur sebagai saksi langsung perjalanan bangsa.

Selain menjadi ajang seni, pameran ini juga menggalang dana untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan seniman Indonesia. Pameran itu sekaligus memperingati tiga momen penting dalam sejarah bangsa, yaitu Hari Lahirnya Pancasila, Hari Lahir Bung Karno, dan Hari Wafatnya Bung Karno.

Pameran ini dibuka untuk umum mulai 8 Juni 2025 hingga 13 Juni 2025. Selain pameran, ada juga lokakarya fotografi bersama fotografer kawakan Arbain Rambey untuk sebagai bagian dari rangkaian acara ini.

Lokakarya memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempelajari teknik-teknik fotografi langsung dari para ahli, sekaligus memahami bagaimana seni fotografi dapat menjadi medium untuk merekam sejarah dan budaya bangsa. (kmb/balipost)

BAGIKAN