DENPASAR, BALIPOST.com – Dewasa ini, transaksi secara digital menjadi kebutuhan masyarakat yang utama. Jarang sekali kita melihat konsumen menggunakan uang tunai untuk berbelanja. Mereka lebih nyaman menggunakan layanan digital dan pembayaran secara nontunai.
Hal ini pun diakui Rizal dari usaha Juragan Dimsum. Ia mengatakan penjualannya yang kebanyakan merupakan makanan kekinian untuk anak-anak makin laris karena penggunaan transaksi digital. Pria yang usahanya merupakan salah satu merchant BRI ini mengakui saat situasi sedang ramai pembeli, pembayaran digital sangat membantu.
Sebab, lewat pembayaran nontunai ini, transaksi bisa lebih efisien dan aman. Dananya bisa masuk ke rekening tanpa perlu setor ke bank.
Ia pun mengisahkan saat mengikuti Pesta Rakyat Simpedes pada 23-24 September 2023, jumlah pengunjung di kegiatan itu sangat banyak. “Waktu itu sampai bingung sebab tak terpikirkan pengunjungnya sebanyak itu. Untungnya ada pembayaran pakai QRIS BRI,” ujarnya.
Kondisi sama juga dirasakan I Putu Wijana yang merupakan pemilik Sate Babi Pan Bingin. Sebagai merchant BRI, ia mengaku sangat dimudahkan.
Sebab ada banyak subsidi yang diberikan ketika menjadi merchant. Pun, penggunaan layanan digital juga makin memudahkan pelaku UMKM mengatur keuangan dan memberikan rasa aman dalam bertransaksi.
“Menurut saya, sangat luar biasa karena banyak subsidi yang diberikan pada UMKM dan konsumen yang berbelanja menggunakan QRIS BRI,” paparnya.
Indeks Digitalisasi UMKM
Mengutip data dari BRI Research Institute (BRIRIns) yang bekerja sama dengan UK Embassy, indeks digitalisasi UMKM di Indonesia pada 2023 hanya sebesar 48,7 persen. Sementara itu, tingkat penetrasi internet masyarakat Indonesia relatif sangat tinggi, yakni mencapai 75 persen.
Fenomena ini mengindikasikan tingginya tingkat kepemilikan alat dan penggunaan internet belum dibarengi pemanfaatan layanan digital untuk operasional bisnis UMKM.
Dalam rangka mengurai permasalahan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengembangkan strategi digital yang sesuai dengan kebutuhan bisnis segmen UMKM.
Peran BRI dalam meningkatkan penetrasi layanan digital diapresiasi Research Affiliate at Harvard University, Beatriz Armendariz saat berbicara pada BRI Microfinance Outlook 2024 belum lama ini. Beatriz dipantau dari kanal YouTube Bank BRI. “BRI yang berdiri sejak 1895 terus berkembang pesat dan menciptakan kontribusi besar. Perusahaan ini mampu mendorong dan menciptakan inklusi keuangan terutama dalam pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif,” ujar Beatriz.
Menurutnya, perluasan inklusi keuangan dapat dilakukan karena BRI mengikuti perkembangan zaman dan didukung oleh digitalisasi. Bisnis kredit mikro di BRI, misalnya, dinilai Beatriz sudah tepat karena modelnya sangat dipersonalisasi dengan akses yang mudah dijangkau.
Keterjangkauan tersebut sesuai dengan strategi BRI yang fokus pada perjalanan dan karakteristik nasabahnya. Dengan demikian, diharapkan penyaluran pembiayaannya dapat lebih terstruktur dan tersistematis dalam satu ekosistem.
Terpisah, Direktur Retail Funding and Distribution BRI, Andrijanto mengatakan BRI senantiasa memberikan layanan yang terbaik untuk setiap nasabah dalam bertransaksi perbankan secara digital yang lebih mudah diakses dan fleksibel. “BRI senantiasa melakukan pengembangan berkelanjutan pada Super Apps BRImo yang saat ini memiliki lebih dari 100 fitur dan layanan yang memudahkan masyarakat bertransaksi salah satunya untuk berbelanja di merchant dengan QRIS dan EDC BRI,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan jaringan e-channel seperti ATM dan CRM yang berjumlah 21.259 dan tersebar di seluruh Indonesia. Masyarakat juga dapat memanfaatkan layanan laku pandai AgenBRILink yang jumlahnya mencapai 796 ribu agen yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bagi para pengusaha, BRI menyediakan layanan Qlola Cash Management. Dengan Qlola by BRI, para pengusaha dapat melakukan berbagai aktivitas dan transaksi perbankan. (Diah Dewi/balipost)