Urban farming digencarkan untuk mewujudkan Denpasar sebagai Kota Hijau. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar sebagai kota yang padat penduduk memiliki persoalan lingkungan cukup kompleks. Dalam melakukan penataan lingkungan dan mewujudkan Kota Hijau, Denpasar kini menggencarkan urban farming.

Menurut Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Senin (17/7), perlu adanya kolaborasi dan kerja sama antara berbagai pihak untuk mewujudkan Kota Hijau. Kepala desa juga diharapkan tidak hanya tersentral pada satu tempat dalam hal menata kawasan hijau tapi juga dapat diketoktularkan ke wilayah lainnya. Dengan demikian akan semakin luas kawasan hijau di kota.

Baca juga:  Bersyukur, Bali Batal Tuan Rumah PON XX

Ia menyambut baik upaya berbagai pihak dalam mewujudkan Kota Hijau dengan urban farming. Salah satunya BRI yang mengagas urban farming dengan melibatkan masyarakat sekitar.

Regional CEO BRI Denpasar Recky Plangiten dalam kesempatan yang sama mengemukakan gagasan urban farming ini memiliki konsep sebagai usaha pertanian yang dilakukan di perkotaan dengan mengoptimalkan lahan yang dimiliki. Sehingga, bermanfaat dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan lokasi padat penduduk menjadi lebih baik dari sisi lingkungan dan kesehatan. Diharapkan juga dapat memberdayakan masyarakat dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan edukasi dan wisata.

Baca juga:  Dari Beringin "Keramat" Tumbang hingga Setengah Miliar Lebih Uang Perusahaan Digelapkan

“Kami mencoba memberikan pendampingan urban farming mulai Mei 2023 di Jalan Pura Duwe, Lingkungan Banjar Batu Bolong, Desa Padangsambian Klod, Kecamatan Denpasar Barat, bekerja sama dengan Pemerintah Desa Padangsambian Klod, Yayasan Al Hikmah Joglo, dan Ibu-Ibu Kelompok Hidroponik Joglo,” ungkapnya.

Model urban farming yang dikembangkan mulai dari hydroponic yang diawali dengan membuat instalasinya, green house dan aquaponic, dan vertical garden. Tidak hanya menghijaukan kota dengan urban farming, ia menekankan perlu juga dilakukan pengelolaan sampah berbasis sumber, agar upaya menghijaukan kota bisa diupayakan secara menyeluruh.

Baca juga:  Pespa U-15 Juara Kompetisi Askot

Dalam pengelolaan sampah tersebut diperlukan mesin pencacah sampah organik, eco enzym, timbangan, bak komposter, magong dam tong POC. Semua kebutuhan tersebut berusaha dibantu.

“Penataan lingkungan di Padangsambian Klod tersebut kami harapkan dapat menjadi role model penataan lingkungan menjadi kawasan hijau di perkotaan sehingga akan ada lebih banyak lagi kawasan hijau lainnya yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat positif secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi masyarakat,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *