Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Banyak dunia usaha yang menyerah dengan situasi pandemi yang berkepanjangan dengan mengibarkan bendera putih di halaman depan lokasi usaha. Fenomena ini menjadi simbol ketidakberdayaan menghadapi situasi pandemi yang menekan dunia usaha pada level paling buruk.

Bantuan langsung tunai dan aneka program relaksasi dari pemerintah telah dilakukan, meski banyak keluhan belum diterimanya bantuan dan program-program tersebut di kalangan pelaku usaha. Di ranah ini dibutuhkan kolaborasi antar setiap instansi pemerintah, di level pusat dan daerah, untuk mempercepat aneka program dan bantuan sosial agar cepat tersalurkan dan tepat sasaran.

Krisis ekonomi yang berpacu dengan krisis kesehatan selama hampir satu setengah tahun di Tanah Air, mengubah gaya permainan dalam industri pariwisata dan leisure business. Industri pariwisata, sektor transportasi, perhotelan dan berbagai lini pendukung, mengalami tekanan yang belum pernah dialami sebelumnya.

Aneka inovasi telah diupayakan, namun persebaran virus corona semakin membahayakan dan mengancam keselamatan umat manusia. Aktivitas belanja, berwisata dan kebutuhan leisure lainnya, terpaksa berpindah ke rumah. Banyak orang takut bepergian dan melakukan aktivitas di luar rumah.

Baca juga:  Tantangan Pariwisata Bali pada Era Revolusi Industri 4.0

Raja Mangkunegara IV dalam ajarannya tentang Asta Gina menyampaikan 8 nasihat yang sebaiknya diterapkan oleh setiap orang terutama pelaku bisnis. Pertama, hendaknya seseorang (pelaku bisnis) memberdayakan bidang usahanya semaksimal mungkin (panggautan gelaring pambudi). Kedua, hendaknya ia pandai mencari jalan keluar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan (rigen).

Ketiga, hendaknya ia hemat dan hati-hati dalam membelanjakan dan atau menggunakan penghasilannya (gemi). Keempat, cermat dan teliti dalam memeriksa pekerjaan agar mendapatkan sesuatu yang pasti (nastiti).

Kelima, memahami perhitungan biaya dan mampu merencanakan belanja terutama mengenai berapa besar biaya hidup yang diperlukan (wruh ing petungan). Keenam rajin bertanya kepada para ahli di bidang masing-masing tanpa malu-malu agar bertambah pengetahuan atau keterampilannya (taberi tatanya).

Ketujuh, mencegah atau menahan kehendak hawa nafsu dari berbagai keinginan yang tidak berfaedah serta menjauhi pemborosan harta (nyegah kayun pepinginan tan boros marang arto). Kedelapan, bertekad bulat dan berniat yang teguh (Daryono, 2007).

Diyakini bahwa nasihat Asta Gina tersebut telah dipraktekkan setiap pelaku usaha, terutama dalam situasi pandemi sejak tahun 2020, banyak industri dan pelaku usaha yang harus melakukan aneka usaha untuk menyelamatkan perusahaan beserta seluruh aset yang dimiliki, terlebih sumber daya manusia dan cash flow keuangan perusahaan.

Baca juga:  Rekrutmen, Moratorium atau Pemecatan

Perubahan dalam industri pariwisata dan perhotelan terangkum dalam beberapa hal berikut ini, kegiatan traveling menjadi lebih individual dan dilakukan dalam skala kecil, seperti staycation, family group, solo traveler, FIT (Free Individual Travelers).

Selain itu, belajar pada masa sebelum PPKM Darurat, ketika digencarkan program Work From Bali, diberlakukannya new protokol COVID-19 di industri pariwisata dan perhotelan, seperti face mask policy, covid cards sebagai bukti bebas COVID-19, contactless, serta distancing service policy. Perubahan pola perjalanan pariwisata pasca COVID-19 mengandaikan pengembangan faktor manusia dalam ranah pariwisata yang membutuhkan sentuhan-sentuhan khas dan program pendekatan yang kreatif.

Merangkum seluruh upaya pengembangan manusia, dapatlah diidentikkan dengan apa yang disebut Prof. Rhenald Kasali (2010) sebagai upaya pengembangan myelin atau muscle memory seluruh elemen masyarakat, warga bangsa, menyambut dunia baru pasca COVID-19. Di samping keuletan dari pelaku usaha, hal penting yang telah diuraikan di atas adalah peran pemerintah dalam mengatasi situasi krisis.

Baca juga:  Pencegahan Korupsi

Simbol bendera putih yang dikibarkan dunia usaha, selayaknya menjadi penyemangat para pelayan publik dan setiap instansi pemerintahan di berbagai daerah di Tanah Air untuk melakukan percepatan upaya penyelamatan dunia usaha melalui berbagai program yang telah ditetapkan.

Koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi (KISS) antara pemerintah dengan stakeholder dunia usaha dan KISS antar stakeholder yang difasilitasi oleh pemerintah, merupakan perwujudan government entrepreneurship yang penting bagi penyelamatan dunia usaha saat masa pandemi ini.

Kinerja pemerintahan yang mencerminkan semangat entrepreneurship dapat dimonitor lewat empat pilar strategis atau triple track strategy plus, yakni pro-pertumbuhan ekonomi, pro-penciptaan lapangan kerja, pro-pengentasan kemiskinan, dan pro-lingkungan hidup. Pro-pengentasan kemiskinan saat ini menjadi semangat yang harus dikembangkan. Kiranya situasi sulit ini dapat segera teratasi dan dunia usaha dapat mengibarkan bendera merah putih.

Penulis, Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *