Ilustrasi bus pariwisata melintas di jalan menuju Kintamani. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Transportasi khusus pariwisata yang tergabung dalam Persatuan Angkutan Pariwisata (Pawiba) Bali, sudah mengalami tak lancarnya penghasilan sejak akhir 2019. Hal ini dikarenakan wabah COVID-19 yang melanda China saat itu.

Kondisi ini diungkapkan Ketua Pawiba Bali, Nyoman Sudiarta, Selasa (5/5). Pihaknya pun berharap perusahaan pembiayaan maupun perbankan memberi penundaan pembayaran kredit. Ia memaparkan sebesar 85 – 90 persen bus pariwisata marketnya adalah wisatawan Asia seperti China, Singapura, Malaysia, Hongkong, Vietnam, di luar domestik.

Sejak akhir 2019, wabah COVID-19 melanda China dan telah membuat usaha transportasi pariwisata sedikit oleng. Datangnya Imlek menjadi harapan bagi pengusaha bus pariwisata.

Baca juga:  PPKM Darurat, Denpasar Instruksikan OPD Bantu UMKM dengan Cara Ini

Namun nyatanya, Imlek pun tidak berhasil membuat pariwisata Bali terangkat dengan adanya wabah tersebut. Hingga saat ini, kondisi usaha bus pariwisata semakin terhimpit.

Di tengah kondisi pariwisata lesu, ada harapan penumpang tirtayatra ke Besakih dan Batur serta libur sekolah anak. Namun nyatanya kondisi wabah justru membuat semua lini tidak berjalan. “Ini sudah nol kilometer sekarang,” imbuhnya.

Sejak Februari hingga saat ini, bus pariwisata yang jumlahnya 1.000 unit tidak beroperasi. Hal ini membuat pelaku usaha bus pariwisata tidak memiliki penghasilan. “Hampir 99 persen pengusaha ini menggunakan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan,” ungkapnya.

Baca juga:  Sprinter Dewa Ari Sabet Emas di Hari Galungan

Untuk investasi sebuah kendaraan bus nilainya hampir sama dengan sebuah properti mencapai miliaran dengan 45 seat. Sehingga untuk biaya investasi ditambah biaya operasional cukup membuat anggota Pawiba kewalahan.

Ia menyayangkan, dalam kondisi sulit seperti ini, perusahaan pembiayaan dan perbankan seolah-olah tidak mau tahu kesulitan pengusaha. Padahal sudah jelas semua sektor dan seluruh negara mengalami kesulitan.

Bahkan meskipun ada stimulus keringanan kredit dari pemerintah, tidak banyak membantu. “Karena jangankan membayar bunga, untuk membiayai hidup keluarga saja pas–pasan sekali karena kita sama sekali tidak ada penghasilan. Kita bukan tidak mau bayar, tapi kita tidak mampu bayar karena travel kita tutup semua. Padahal kita masih ada tagihan di travel sejak Desember 2019, tapi kita maklum travel juga susah menagih uangnya,” pungkasnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  8 RUU Provinsi Disahkan, Salah Satunya Bali
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *